Memiliki kekayaan 719 bahasa ibu, membuat Indonesia menjadi negara nomor 2 terkaya jumlah Bahasa daerahnya di dunia. Sayangnya, kenyataannya seperti yang dikemukakan Yayasan Suluh Lestari, setiap empat tahun sekali belasan bahasa ibu atau daerah punah karena tiada lagi penuturnya. Padahal bahasa membawa budaya, jadi menyedihkan bahwa bila satu bahasa hilang, otomatis budayanya pun turut hilang.
Indonesia sebagai negara yang berbhinneka tunggal ika telah menetapkan untuk memiliki satu Bahasa negara atau Bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Karena itu bahasa resmi yang dipakai untuk pemerintahan, hukum, edukasi, dan lain kebutuhan negara lainnya selayaknya memakai Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia dijadikan bahasa baku di sekolah-sekolah. Akibatnya semakin hari, generasi muda semakin memahami Bahasa Indonesia secara baik sebagai bekal berkomunikasi dengan suku bangsa atau daerah lainnya yang ada di negara kesatuan Indonesia.
Sayangnya meningkatnya kemampuan bahasa nasional para generasi muda tersebut berbading terbalik dengan kemampuan mereka dalam mempelajari, memahami, memperdalam dan menggunakan Bahasa ibu atau daerahnya. Karena itulah pelan namun pasti, seiring dengan berjalannya regenerasi, banyak bahasa daerah yang ditinggalkan, diabaikan, dilupakan dan akhirnya mati dan punah.
Padahal, sebenarnya banyak kosa-kata, idiom, ungkapan atau simbolisasi yang dimiliki bahasa daerah yang sebenarnya sulit untuk digantikan dalam bahasa Indonesia. Akibatnya pemahaman mengenai suatu masalah yang diungkapkan atau disampaikan dalam bahasa Indonesia sering kurang memiliki arti yang tepat dan mudah dimengerti oleh masyarakat suatu daerah tertentu.
Dus, penyebaran pengetahuan (transfer knowledges) tidak berjalan lancar dan seringkali korup atau meleset dari maksud yang sebenarnya. Salah satu contohnya adalah terkait dengan epidemi Covid-19 yang kini terjadi. Â Edukasi atau sosialisasi mengenai apa itu Covid-19, bagaimana penyebarannya, bagaimana pencegahaannya, bagaimana gejalanya, bagaimana perkembangan pengobatannya dan sebagainya, sering kali tidak bisa diterima dan dipahami masyarakat daerah secara utuh karena kendala jarak pemaknaan dari bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang terkadang tidak klop.
Karena itulah guna membantu sosialisasi dan edukasi mengenai epidemi Covid-19 ke seluruh pelosok daerah Indonesia, agar lebih cepat dan lebih dimengerti oleh masyarakat daerah maka Yayasan Suluh Insan Lestari mencoba menjaring relawan yang mengerti bahasa daerah untuk menjadi penerjemah komik Covid-19 karya Weiman Kow (439 kata) ke dalam bahasa daerah se-Indonesia. Â
Penjaringan relawan penerjemah bahasa daerah se-Indonesia ini dibuka Yayasan Suluh Lestari dengan tenggat waktu sampai 20 April 2020 besok. Adapun program penerjemahan Komik Covid-19 ini merupakan salah satu program "Suluh Peduli" dalam rangka membantu pemerintah mencekal penyebaran Covid-19 di seluruh nusantara.
Melalui penerjemahan komik Covid-19 ke dalam bahasa-bahasa daerah yang ada di seluruh nusantara maka diharapkan masyarakat lebih mampu dan lebih cepat mengerti ap aitu Covid-19 dan mengetahui cara-cara mencegah penyebarannya.
Seperti apa yang pernah dikatakan Nelson Mandela "Jika engkau berbicara dengan seseorang dengan bahasa yang dia pahami, itu hanya akan sampai di kepalanya. Akan tetapi jika engkau berbicara dengan seseorang menggunakan bahasanya, itu akan sampai ke hati."
Semoga saja proyek ini bisa berjalan dengan sukses dan Komik Covid-19 benar-benar bisa diterjemahkan dalam semua bahasa daerah se-Indonesia. (*)