Mohon tunggu...
Rohma Sulistyaningsih
Rohma Sulistyaningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru_SMAN 48 Jakarta

Saya suka menulis refleksi dari kejadian setiap hari. Belajar dari kehidupan. Jangan biarkan waktu berlalu tanpa makna. Carpe Diem, Petiklah Hari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan dan Kawat

23 Agustus 2023   21:15 Diperbarui: 23 Agustus 2023   21:22 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah saya jadi ingat pemikiran kuno, jaman kolonial, bahwa perempuan itu tak perlu sekolah tinggi-tinggi _dan memang seperti kita tahu jaman itu pendidikan adalah kesempatan langka, karena akhirnya toh harus kembali ke urusan dapur, sumur dan kasur. Seolah kodrat perempuan sudah seperti itu. 

Pemahaman ini sudah lama ketinggalan jaman. Ini tahun berapa, hellooooo? Sudah tidak relevan untuk perempuan jaman now. Tapi nyatanya sisa-sisa pemikiran yang demikian masih ada sebagai laten, atau sementara mengalami dormansi yang pada saatnya muncul ke permukaan bila ada pemantik.

Kembali pada peran perempuan jaman sekarang, sudah sangat luas dan sangat penting, setara dengan laki-laki. Dalam praktiknya berbagi peran dengan suami/laki-laki. 

Faktanya seorang perempuan dan ibu mengemban panggilan sebagai manager keluarga, sebagai perawat bahkan dokter. Mereka juga guru bagi keluarga. Pun sebagai koki yang kreatif dan masih banyak peran lain.  Sangat multitasking. 

Untuk mengemban tugas sehebat itu tak cukup bahkan tak bisa hanya dengan kapasitas yang setara dengan kalimat "tidak usah sekolah, atau kalau sekolah tidak perlu tinggi-tinggi, toh nanti ujung-ujungnya menjadi ibu rumah tangga juga." Hmmmm....

Saat di kelas tempat saya mengajar, sering saya titipkan pesan bahwa perempuan justru harus pintar karena mereka akan mengemban tugas mulia untuk generasi manusia. Beri  mereka kesempatan untuk 'terbang' tinggi memperlengkapi diri,  bahkan untuk menjadi apapun yang bisa mereka raih. 

Tetapi juga harus dipahami bahwa setinggi-tingginya perempuan 'terbang', ingatlah bahwa rumah/keluarga tetap memerlukan sentuhan perempuan. Di sinilah panggilan mendasar perempuan yang harus tetap diemban.

Kembali ke masalah per-kawat-an, tali jemuran, jadi siapa yang mesti dicerahkan? Ya semua pihak, masyarakat secara umum, laki-laki, kaum perempuan, dan kita semua.

Ahaaa! Ternyata oh ternyata, Si bapak penjaga toko bangunan langganan saya itu adalah orang baru, jadi baru sekali itu ketemu saya. Kalau penjaga yang lama  sudah tahu untuk apa saya membeli kawat, karena kami sudah beberapa kali ngobrol  tentang hal ini, - dia sudah balik ke Kalimantan.  Oalah..... OK-lah.

Ngomong-ngomong, terima kasih ya, sembari saya menyiapkan tulisan ini, saya mengerjakan rangkaian bunga akrilik, dan....taraaaaa....selesai sudah. Berikut bunganya, cantik kan? (rs)

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun