MENGENALKAN KEMBALI NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA
Melihat fenomena dan realita yang terjadi terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini tentu banyak problematika yang bervariasi dimana problem tersebut juga berangkat dari hal-hal yang berbeda pula. Seperti halnya korupsi, tindak kekerasan bahkan sampai pada konflik sosial yang berujung pada hilangnya nyawa manusia. Semua problematika ini telah menjadi santapan rutin masyarakat di media masa sehari-hari. Namun jika dilihat lebih dalam lagi, sebenarnya pokok dari banyaknya problematika tersebut adalah pengenalan nilai-nilai positif budaya bangsa Indonesia yang lambat laun luntur atau bahkan bisa dikatakan telah hilang oleh arus modernisme.
Budaya tidak hanya menjadi identitas suatu bangsa. Namun terdapat pula nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Indonesia yang mempunyai berbagai corak kebudayaan dimana kebudayaan tersebut juga membentuk karakter seseorang yang bermacam-macam sesuai dengan budaya yang dianut oleh masyarakat itu sendiri.
Pemahaman masyarakat akan nilai-nilai positif yang ada pada budaya itulah yang saat ini bisa dikatakan telah hilang ditelan oleh zaman. Masyarakat sekarang hanya mengenal dan diperkenalkan bahwa budaya ini berasal dari tempat ini, tanpa adanya pemahaman lebih lanjut tentang nilai yang terkandung dalam budaya itu. Contoh, seperti halnya dalam budaya kesenian Reog. Orang hanya tahu jika kesenian Reog itu berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, tetapi tidak mengetahui makna apa dan nilai-nilai apa saja yang bisa kita dapatkan dari kesenian Reog itu.
Dalam buku Kebudayaan Nusantara karangan Edi Sedyawati, sebab-sebab kita tidak mengenal khazanah budaya atau nilai-nilai positif terhadap budaya adalah (1) Pengenalan khazanah budaya bangsa tidak termasuk kedalalm bahan ajar wajib dalam sistem persekolahan, (2) Media massa kurang cukup memberikan ruang yang tepat untuk pengenalan khazanah budaya bangsa, (3) Industri budaya belum menggarap substansi khazanah budaya bangsa itu sebagai kemasan, mungkin dengan anggapan bahwa isi semacam itu tidak layak jual.
Dengan memakai istilah ndeso yang saat ini selalu dikategorikan oleh masyarakat dalam mengenal dan mengaplikasikan budaya Indonesia membawa dampak yang sangat mengancam budaya dalam melestarikannya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi semua elemen masyarakat dengan dukungan dari pemerintah untuk mengenalkan lebih jauh nilai-nilai positif budaya bangsa Indonesia.
Tentu aspek yang perlu diperhatikan untuk merealisasikan hal itu, antara lain dari sektor pendidikan mulai dari sekolah serta peran keluarga. Peran pendidikan dewasa ini hanya mengenalkan berbagai macam budaya yang ada di Indonesia tanpa memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kurangnya jasa pengajar yang memahami betul tentang nilai-nilai positif budaya Indonesia menjadi persoalan bagi sektor pendidikan untuk lebih mengembangkan potensi anak didiknya dalam mengenal dan mengaplikasikan nilai-nilai positifnya.
Dalam hal ini keluarga juga turut andil dalam memberikan pemahaman nilai-nilai positif tersebut. Karena dengan begitu, masyarakat saat ini khususnya anak-anak akan bisa mengenal dan mengetahui serta dapat membentuk karakter anak sejak dari dini melalui pemahamannya dari nilai-nilai positif yang terkandung dalam budaya yang dianutnya. Tentu semua ini berangkat dari peranan keluarga yang bisa didapatnya setiap hari dan kapan saja melalui interaksi terhadap keluarga sehari-hari.
Aspek yang paling berpengaruh juga ada dalam peran media masa. Media masa mempunyai peran untuk memperluas dan mengenalkan nilai-nilai positif yang terkandung dalam budaya bangsa Indonesia. Tidak hanya dalam hal mengenalkan asal-usul budaya, namun media massa juga harus memberikan informasi yang bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang nilai-nilai serta khazanah yang bisa dijadikan oleh masyarakat sebagai teladan agar masyarakat itu bisa menjadi berkarakter dengan budaya yang dianutnya. Sebab media masa juga mempunyai peran dalam hal mendidik masyarakat. Muatan budaya dalam media masa dewasa ini hanya berisikan informasi yang bernilai lebih modern dan berorientasi terhadap budaya asing khususnya budaya barat. Dengan berdalih bahwa itu menjadi kebutuhan jaman dan tentu saja hal itu yang dicari oleh para konsumen dan penikmat media saat ini. Sehingga budaya yang sekarang ini sering dikonsumsi oleh masyarakat antara lain adalah kekerasan, kekurangajaran anak terhadap orang tua, pergaulan bebas dan hal-hal negative yang berbasis pada asing dan barat.
Dalam segala aspek, media masa saat ini memang berkembang dalam hal menyajikan kebutuhan dalam menghibur masyarakat. Tetapi dalam hal mengenalkan dan membentuk masyarakat agar lebih berbudaya dan memahami nilai-nilai positif terhadap budaya Indonesia masih perlu dipertanyakan lagi. Sebab dari semua informasi yang saat ini kita dapat dari media masa hanya hiburan belaka tanpa adanya unsur mendidik didalamnya.
Dan tentunya, dari semua aspek yang membuat masyarakat kurang atau bahkan tidak memahami nilai-nilai positif terhadap budayanya sendiri itu harus mendapat dukungan dari pemerintah. Pemerintah harus lebih fokus lagi dalam memberikan ruang lebih untuk mengenalkan nilai positif yang terkandung dalam budaya bangsa ini. Tidak hanya menjadikan budaya sebagai daya tarik wisata, tetapi juga memberikan upaya dan pembelajaran terhadap masyarakan untuk lebih mengenal tentang budayanya sendiri. Dan tentu saja tidak hanya dari sisi keindahan dan keunikan. Namun harus ada sisi dimana masyarakat bisa lebih menjadi berkarakter melalui pemahamannya terhadap budaya yang dianutnya.