Mohon tunggu...
Rohim Efendi
Rohim Efendi Mohon Tunggu... Guru - Belajar tanpa batas ruang dan waktu

Seorang Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Probolinggo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berkah Pandemi Covid-19 bagi Perkembangan Dunia Pendidikan

20 November 2020   10:45 Diperbarui: 20 November 2020   10:51 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pandemi Covid-19 diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia pada 2 Maret 2020, Menteri Pendidikan langsung mengambil kebijakan baru dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sejak 16 Maret 2020 Menteri Pendidikan menginstruksikan agar pembelajaran mulai tingkat PAUD himgga perguruan tinggi tidak dilaksanakan di sekolah atau kampus. Namun, bukan berarti kegiatan pembelajaran diliburkan melainkan diubah dari yang awal belajar di sekolah diganti menjadi belajar dari rumah. Hal tersebut berlaku bagi siswa dan guru.

Kami sangat mendukung langkah yang diambil oleh Mendikbud. Dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti ini protokol kesehatan berupa anjuran melakukan social distancing yang kemudian berubah istilah menjadi physical distancing merupakan yang wajib dilakukan termasuk oleh guru dan sisswa. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi penularan virus Covid-19.

Pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena adanya aturan physical distancing ternyata menimbulkan masalah baru di dunia pendidikan, termasuk di SMP Negeri 3 Probolinggo. Pertama, guru mengalami kebingungan menerapkan PJJ karena belum mengetahui pembelajaran yang bagaimana yang harus dilakukan. Kedua, dengan adanya kebijakan belajar dari rumah, siswa dan guru tidak dapat berinteraksi secara langsung melalui kegiatan tatap muka seperti biasanya.

Perencanaan awal yang dilakukan oleh guru-guru di SMP Negeri 3 Probolinggo sebagai sebuah solusi adalah mengikuti anjuran dari Kemendikbud, yaitu siswa belajar melalui channel TVRI pada media televisi. Pada pelaksanaannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, melalui aplikasi Whatsapp Messenger guru mengirimkan jadwal pembelajaran sesuai jadwal TVRI beserta dengan tugas yang harus dikumpulkan. Selanjutnya, siswa menyimak tayangan, kemudian mengerjakan tugas, lalu mengumpulkan hasil tugasnya dengan mengirimkannya melalui aplikasi Whatsapp Messenger.  

 Tidak berlangsung lama, banyak murid dan wali murid yang mengeluhkan bahwa gambar tanyangan dari channel tersebut tidak jelas/tidak bisa tayang. Selanjutnya pengajar mencari solusi, kemudian didapatlah jadwal pembelajaran yang dilengkapi dengan link youtube. Dengan demikian, siswa tetap dapat mengikuti pembelajaran melalui link tersebut. Pembelajaran lebih menarik karena siswa dapat melakukan literasi media.

Masalah baru kembali muncul. Pertama, banyak siswa dan orangtuanya mengeluhkan pemakaian quota untuk pembelajaran. Kedua, saya kesulitan mendata tugas yang dikumpulkan siswa, bahkan kapasitas ruang penyimpanan telepon yang tidak mencukupi untuk menampung semua tugas siswa. Selain itu, kegiatan belajar cenderung hanya berupa pemberian tugas dan pengumpulan tugas. Sementara itu, kegiatan pembelajaran seperti diskusi tidak dapat dilaksanakan.

Pembelajaran jarak jauh dengan hanya menggunakan Whatsapp dan tayangan TVRI semacam ini saya rasa sangat tidak menunjang tujuan pembelajaran. Pembelajaran semacam ini tidak dapat membuat  peserta didik termotivasi untuk belajar mandiri. Dari kegiatan pembelajaran tersebut, hampir 75% peserta didik tidak mengerjakan tugas. Kebanyakan siswa menganggap bahwa waktu belajar dari rumah sebagai liburan. Kondisi demikian apabila dibiarkan terus menerus tentu akan membuat pemahaman konseptual yang dimiliki oleh peserta didik akan terus menurun.

Belajar dari pengalaman di atas, di masa peralihan antara  semester genap menuju semester ganjil tahun ajaran baru, guru bersama-sama memikirkan agar pembelajaran jarak jauh tetap berlangsung efektif dan tidak hanya mengandalkan aplikasi Whatsapp. Akhirnya, dilakukanlah kegiatan-kegiatan pelatihan penggunaan aplikasi pembelajaran online guna menunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang efektif. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya sebagai berikut.

  • Pelatihan pembuatan daftar hadir menggunakan aplikasi zoho dan google form.
  • Pengunaan aplikasi padlet sebagai papan tulis digital.
  • Penggunaan aplikasi google meet dan zoom sebagai media tatap muka virtual.
  • Serta google classroom dan microsoft teams sebagai ruang kelas maya.

            Pelatihan tersebut juga tujukan kepada para siswa. Pada awal tahun ajaran baru, siswa SMP Negeri 3 Probolinggo diminta untuk membawa ponsel pintar ke sekolah. Tentunya hal ini berlaku hanya kepada siswa yang memiliki saja. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengikuti sosialisasi sistem pelaksanaan pembelajaran online tahun ajaran 2020/2021. Di akhir kegiatan sosialisasi, siswa dilatih mengunduh dan menggunakan aplikasi-aplikasi di atas. Dengan demikian, diharapkan proses pembelajaran online dapat berlangsung lancar, menarik, dan  efektif.

 

Tampilan tatap muka virtual melalui google meet,  dokumen pribadi Rohim Efendi
Tampilan tatap muka virtual melalui google meet,  dokumen pribadi Rohim Efendi

Seiring dengan adanya tuntutan pelaksanaan pembelajaran online, guru berusaha maksimal untuk menerapkan dan mengintegrasikan teknologi yang telah dipelajarinya ke dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya melalui whatsapp.

Kegiatan pembelajaran yang awalnya tidak dapat difasilitasi dengan menggunakan whatsapp  seperti diskusi dan tatap muka secara virtual sekarang dapat terlaksana dengan menggunakan google meet. Melalui google meet, siswa dan guru  dapat berdiskusi dan bertanya jawab secara virtual secara maksimal tanpa takut covid-19. Terlebih dengan adanya bantuan kuota belajar dari Kemendikbud, setidaknya guru dan siswa tidak terlalu khawatir soal qouta internet.   

Hal yang menarik dengan adanya pandemi Covid-19 ini adalah dunia pendidikan dituntut dapat beradaptasi dengan kemajuan Iptek. Seperti halnya pola pendidikan yang dicanangkan sesuai dengan karakter pembelajaran Abad 21, pendidikan pada masa pandemi ini telah mempercepat perubahan dari pembelajaran dengan motede konvensional menjadi pembelajaran yang berbasis TPACK(Technological Pedagogical Content Knowledge). Dengan kondisi demikian, saya optimis bahwa ke depan pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik. Tentunya hal tersebut harus didukung dengan semangat dan motivasi yang tinggi dari guru dan siswa untuk terus maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun