Mohon tunggu...
Rohilah Zahran
Rohilah Zahran Mohon Tunggu... Administrasi - Administrasi Bisnis

Jika Belum Siap Untuk Dikritik, Maka Belum Juga Layak Untuk Dipuji

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengapa Lulusan SMK Menjadi Penyumbang Angka Terbanyak Pengangguran di Indonesia ?

3 Desember 2024   10:41 Diperbarui: 3 Desember 2024   12:28 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Job Fair SMKN 2 Bandung Tahun 2023 Sumber : Disdik Jabar

Menurut data Badan Pusat Statistik yang dirilis pada bulan Agustus lalu disebutkan bahwa terdapat kabar baik mengenai jumlah penurunan angka pengangguran di Indonesia dari tahun 2023-2024. Pada bulan Agustus 2024, tercatat ada 7,47 juta orang yang menganggur. Penurunan angka menganggur dari tahun 2023 ke 2024 adalah  sebanyak 390 ribu orang. 

Tetapi jika diteliti lebih detail lagi dari latar belakang pendidikan, lulusan D4, S1, S2 dan S3 mengalami peningkatan kebekerjaan. Dan begitu juga pada lulusan SD hingga SMP, terjadi angka penurunan tingkat pengangguran. Dan berdasarkan tingkat pendidikan, penyumbang pengangguran terbesar di RI adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).  Lalu mengapa fenomena ini bisa terjadi ?

Bukankah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah berbasis spesialisasi atau keahlian yang tujuannya untuk mencetak lulusan siap kerja ?

Sekolah menengah kejuruan (SMK) yang merupakan sekolah berbasis spesialisasi atau keahlian yang tujuannya untuk mencetak lulusan siap kerja, memiliki banyak jurusan, diantaranya ada jurusan otomotif, multimedia, tata boga, perhotelan, administrasi perkantoran, dan lain sebagainya. 

Pola pendidikan yang diterapkannnya pun berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) karena pada Sekolah menengah kejuruan (SMK) kurikulum yang digunakan dalam metode pembelajarannya adalah kurikulum berbasis keahlian. Sehingga ketika lulus, diharapkan mereka semua sudah siap kerja di bidang sesuai jurusannya.

Adakah kesalahan dengan metode Kurikulum yang diterapkan pada Sekolah menengah kejuruan (SMK)  saat ini ?

Dengan adanya fakta bahwa lulusan  Sekolah menengah kejuruan (SMK) justru menjadi lulusan yang menyumbangkan angka pengangguran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan lulusan yang lain, sudah saatnya metode kurikulum yang diterapkan pada Sekolah menengah kejuruan (SMK) dilakukan evaluasi, penyesuaian dan perbaikan agar para  lulusan  Sekolah menengah kejuruan (SMK) yang sebetulnya sudah dibekali pengetahuan dalam dunia kerja ini dapat diserap oleh dunia kerja secara optimal, sehingga dapat menurunkanjumlah angka pengangguran saat ini. 

Berikut Beberapa Penyebab Mengapa Lulusan  Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Justru Menjadi Penyumbang Angka Pengangguran Tertinggi : 

1. Ketidaksesuaian Kompetensi dengan Kebutuhan Industri

Kurikulum SMK dirancang untuk menyiapkan siswa memasuki dunia kerja dengan keahlian spesifik. Namun, sering kali kompetensi yang diajarkan tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pasar kerja atau perkembangan teknologi terbaru, sehingga lulusan  SMK kesulitan untuk bersaing

2. Minimnya Keterampilan Non-Teknis (Soft Skills)

Meskipun memiliki keterampilan teknis, banyak lulusan SMK kurang dibekali soft skills seperti komunikasi, kerja sama tim, atau pemecahan masalah. Hal ini menghambat mereka saat mencari pekerjaan.

3. Tingginya Persaingan Kerja

Banyak lulusan SMK melamar pada pekerjaan yang sama di sektor tertentu (misalnya manufaktur atau teknisi), sehingga menciptakan persaingan yang ketat. Ditambah lagi, sektor-sektor ini sering memiliki batasan kapasitas tenaga kerja.

4. Minimnya Pengalaman Kerja Praktis

Walaupun SMK memiliki program magang atau praktik kerja lapangan, durasi dan kualitas pengalaman kerja ini terkadang belum memadai untuk memenuhi ekspektasi perusahaan.

5. Kurangnya Informasi dan Akses ke Peluang Kerja

Beberapa lulusan SMK kesulitan mengakses informasi tentang lowongan kerja yang relevan, terutama di daerah yang kurang terhubung dengan industri besar.

6. Persepsi terhadap Lulusan SMK

Di beberapa kasus, perusahaan lebih memilih lulusan perguruan tinggi meskipun posisi yang dibutuhkan tidak memerlukan tingkat pendidikan tersebut. Hal ini membuat lulusan SMK kalah bersaing.

7. Kurangnya Bimbingan Karir

Beberapa SMK tidak memberikan bimbingan karir yang cukup bagi siswanya, sehingga mereka tidak tahu langkah apa yang harus diambil setelah lulus, baik untuk mencari kerja, melanjutkan pendidikan, atau memulai usaha.

Solusi yang Bisa Dilakukan:

1. Relevansi Kurikulum dengan Dunia Industri

 Sekolah menengah kejuruan (SMK)perlu terus memperbarui kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri yang dinamis.

2. Kerja Sama dengan Industri

 Sekolah menengah kejuruan (SMK) dapat menjalin kerja sama lebih erat dengan perusahaan untuk memastikan lulusan memiliki keterampilan yang dibutuhkan.

3. Pelatihan Soft Skills

Program pengembangan soft skills harus menjadi bagian penting dari pendidikan di  Sekolah menengah kejuruan (SMK).

4. Pemanfaatan Teknologi dan Informasi

Memanfaatkan platform digital untuk memperluas akses informasi tentang lowongan pekerjaan.

5. Dukungan dari Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah bisa meningkatkan program pelatihan kerja atau wirausaha untuk lulusan  Sekolah menengah kejuruan (SMK), sehingga mereka memiliki alternatif lain selain bekerja di sektor formal.

Fokus pada peningkatan kualitas lulusan dan koneksi ke dunia kerja bisa mengurangi angka pengangguran di kalangan lulusan Sekolah menengah kejuruan (SMK).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun