Urbanisasi memengaruhi pandangan anak muda terhadap pernikahan. Di kota-kota besar, mereka terpapar gaya hidup yang lebih individualistis, di mana fokus pada pengembangan diri dan kebebasan pribadi lebih diutamakan daripada komitmen pernikahan.
5. Kemandirian Finansial Perempuan
Semakin banyak perempuan di Indonesia yang mandiri secara finansial, memiliki pendidikan tinggi, dan karier yang stabil. Dengan kemandirian ini, perempuan menjadi lebih selektif dalam memilih pasangan, dan mereka tidak merasa terburu-buru untuk menikah.
6. Tekanan Sosial dan Ekspektasi yang Berubah
Harapan masyarakat terhadap pernikahan dan keluarga berubah seiring waktu. Masyarakat mulai memahami bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan. Hal ini mempengaruhi pandangan anak muda, yang merasa lebih bebas dalam memilih waktu yang tepat untuk menikah.
7. Ketakutan Akan Perceraian
Tingginya angka perceraian di Indonesia menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi banyak orang. Kekhawatiran ini membuat banyak anak muda ragu untuk menikah, karena mereka tidak ingin mengalami kegagalan dalam hubungan pernikahan.
8. Tren Menikah di Usia Lebih Tua
Banyak pasangan memilih menikah di usia yang lebih matang, setelah mencapai kestabilan karier dan finansial. Tren ini turut menurunkan angka pernikahan tahunan, meskipun mereka tetap mempertimbangkan pernikahan di usia yang lebih tua.
9. Trauma atau Pengalaman Buruk
Pengalaman negatif dengan hubungan sebelumnya, perceraian orang tua, atau menyaksikan konflik dalam pernikahan orang lain dapat membuat seseorang ragu untuk berkomitmen.