Mohon tunggu...
David Rohans R Hutagaol
David Rohans R Hutagaol Mohon Tunggu... Akuntan - I write what i think

My name is David Rohans Rivaldo Hutagaol | An idealistic scatterbrain who loves reading, writing, listening, analyzing and travelling | A banker (someday) | A man with too many questions inside his head, who's interested in politic, music, social and economy |

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Yang Terjadi dengan Bank Kita Jika Ajakan Rush Money Diikuti

2 Desember 2016   07:46 Diperbarui: 2 Desember 2016   12:47 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simpelnya, saat adanya rush money, bank akan khawatir karena mereka tidak bisa menyediakan dana ke seluruh konsumennya dan akhirnya butuh bantuan pemerintah untuk membayarnya, extremenya adalah bail out. Walaupun indikator dalam collapse dan bail outtidak sesimpel itu. Masih banyak komponen dan saat ini saya rasa sistem keuangan kita sudah memiliki pondasi yang kuat. Komponennya salah satunya rasio kecukupan modal, manajemen risiko, dll yang menunjukkan apakah bank tersebut statusnya adalah sehat dalam menjalankan fungsinya.

Di tahun 98, salah satu penyebab terjadinya rush money adalah banyaknya bank yang tutup sehingga banyak masyarakat yang khawatir dengan nasib dananya di bank tempat mereka menabung. Takut terkena risiko yang besar, masyarakat berbondong - bondong menarik dananya dari Bank tempat mereka menabung.

Lalu sebenarnya fungsi Bank itu apa? Apakah Bank cukup siap menghadapi rush money? Fungsi bank adalah intermediasi sebagai pemilik dana dan pihak yang butuh dana. Bank menghimpun dana dari masyarakat (yang salah satu bentuknya adalah dana pihak ketiga). Hal ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dana debitur. Bagaimana jika dana dari debitur > dari dana yg terhimpun (dana pihak ketiga, dll)? Maka bank akan mencari sumber pendanaan lain atau bisa juga meyertakan modal sendiri.

Bagaimana jika terjadi rush money? Apakah bank cukup siap? Seingat saya Bank memiliki 5, 10 atau 15% dari total dana nasabah, kas untuk cadangan sendiri. Namun, saya yakin bank manapun yang terkena rush money akan goyang. Bank akan kekurangan likuiditas bisa ambruk. Mata uang rupiah terpuruk, capital outflow akan terjadi, dan pasar saham akan jebol. 

Dampak terbesarnya adalah instabilitas perekonomian. Ya, karena peran bank yang sangat vital dalam menjalankan inklusi finansialnya. Andaipun tabungan dan deposito akan dicairkan seluruhnya, saya yakin bank sudah punya mekanisme untuk mengantisipasi resiko semacam ini. Terutama untuk bank kakap atau Bank BIG FOUR milik pemerintah yaitu BRI, BNI 46, MANDIRI dan BTN, dan juga bank swasta terkuat BCA. Bank yang terkena rush money akan menarik cadangan dana wajibnya di Bank Indonesia, seperti yang saya sebut sebelumnya, namun saya lupa nominal pastinya apakah 5, 10, atau 15% dari total dana nasabah.

Next, bank akan meminjam dari bank lain untuk kebutuhan likuiditas nasabahnya. Kalo ga cukup ya pastinya bank akan meminjam dari bank sentral atau Bank Indonesia (sebagai harapan terakhir). Intinya, bank akan tetap goyang jika ini terjadi, karena ujung ujungnya akan mempertahankan unit bisnisnya agar tidak collapse karena kalau collapse akan jadi too big to fail terutama bank kelas kakap.

Walaupun hal buruk tersebut bisa terjadi, namun kondisi saat ini masih cukup aman. Karena bank diawasi ketat oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan dana masyarakat dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Belum lagi, kita masih memiliki Bank Indonesia yg selalu menjaga stabilitas makroprudensial. Indonesia juga sudah memiliki Undang–undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. Kenapa saya tau ini? Artinya saat ini otoritas moneter memiliki langkah–langkah pencegahan dan penanganan krisis yg telah baku di bawah undang–undang. Ya, karena kakak saya yang pertama bekerja di Bank Indonesia.

Kakak saya lulusan PCPM Bank Indonesia. Atau sejenis MT (Management Trainee) di perusahaan lain atau ODP (Officer Development Program) di bank lain. PCPM program MT atau ODP nya Bank Indonesia. By the way, gue anak ke empat dari 4 bersaudara, dan gue yang paling ancur dan paling ga ada prestasi yg cukup untuk dibanggakan. Sedih ya? Hahaha. Di masa muda kebanyakan becanda sama hidup, sampe akhirnya sekarang hidup yang becanda sama gua. Hahaha. Udahan ah curcolnya.

Oke mari kembali ke topik. Apakah bank tidak mampu memenuhi likuiditasnya melalui keuntungan yang diperoleh? Saya rasa tidak mampu. Sebagai contoh seperti ini. Apakah Anda pernah meminjam dana dari perusahaan multifinance? Tau istilah prepayment atau pelunasan dipercepat? Proses prepayment adalah proses yang menurut saya faktor manajemen risiko yang turut andil dalam hal ini. Konsumen melunasi kontra A, kenapa pada saat prepayment tidak dilakukan “angsuran x tenor”? Yang pasti konsumen akan protes. Iya. Mereka sudah melunasi cepat dan tergolong patuh, namun sama saja hasilnya seperti melunasi dengan masa full tenor. 

Dengan sistem pokok hutang + penalti, terlihat jelas adanya manajemen risiko. Sudah diperhitungkan bahwa dengan rugi bunga (tidak mendapatkan keuntungan maksimal, namun tidak loss juga), itu sudah untung walaupun sedikit. Karena dengan masa full tenor, ke depannya akan banyak resiko yang dihadapi. Gagal bayar, unit hilang, dll sehingga ujung ujungnya akan banyak keluar cost dan malah loss. Kaitannya dengan bank, saya yakin bank banyak lini usaha mereka tidak mendapatkan keuntungan maksimal untuk meminimalisir resiko. Sehingga dengan mengandalkan keuntungan saja rasanya tidak cukup untuk mengembalikan pencairan deposito dan tabungan dalam bentuk rush money.

Dan isu rush money pun bergeser ke wacana penghapusan pasar saham. Saat dialog di salah satu stasiun TV yang saya tonton dari youtube, ada seorang doktor dan menjadi dosen di salah satu universitas negeri, memberikan wacana untuk penghapusan pasar saham untuk menghilangkan intervensi asing dan isu rush money ditanggapi santai. Menurut saya tanggapan pasar saham untuk dihapus lumayan konyol. Bagaimana perusahaan bisa menjalankan fungsinya tanpa adanya dana investasi? Apakah semuanya bisa dikendalikan dengan modal sendiri? Atau seluruhnya dengan hutang? Apakah Bank dapat memberikan dana yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya dan ekspansi usahanya? Leverage nya bagaimana? Case ini mengingatkan saya pada buku “Outliers” yang ditulis oleh Malcolm Gladwell. Di mana buku tersebut mengulas seorang Christopher Langan (kalau tidak salah namanya), orang yang memiliki IQ lebih tinggi daripada Albert Einstein, namun tidak menjadi apa–apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun