Mohon tunggu...
rokhani
rokhani Mohon Tunggu... Guru - tan kendhat nyuwun mring gusti

pernah dan akan berusaha berteater. menulis untuk menghibur dan membuat kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demonstrasi, Sebuah Simpang Jalan Antara Provokator dan Tujuan

25 September 2019   21:17 Diperbarui: 25 September 2019   21:30 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melihat berbagai peristiwa yangterjadi beberap waktu terakhir yang dipenuhi dengan berbagai berita demonstrasi, saya teringat bagaimana demonstrasi akan bisa berubah jadi anarkis saat tak ada bisa mengendalikan keadaan. Para tokoh pendemo harusnya bisa memegang kendali sehingga ia harus bertanggung jawab pada pendemo. Itu salah satu tanggung jawab yang harus dilakukan dengan baik.

Ketika tahun 1998 saya masih menjadi mahasiswa di IKIP Semarang (Sekarang universitas Negeri Semarang) ikut terlibat dengan menggerakkan mahasiswa untuk melakukan unjuk rasa saat  kita mendengar ada mahasiswa Trisakti yang meninggal dunia terkena tembakan peluru tajam. 

Setelah beberapa hari berjalan mimbar bebas di kampus lalu kami mendaulat Rektor IKIP untuk ikut serta. Betapa kami bahagia saat beliau mau memberikan dukungan dengan mengatakan mahasiswa harus ALL OUT dalam perjuangannya. Namun, beliau juga berpesan jangan sampai perjuangan dengan niat baik disusupi oleh provokator.

Maka saat kami menggerakkan mahisswa dari Kampus IKIP di Sekaran, Gunung Pati untuk melakukan long march ke Gedung DPRD di Kota Semarang kami sangat berhati hati dengan pesan rektor tersebut.

Kami mengingatkan agar jangan sampai ada orang yang tidak dikenal masuk dalam barisan. kami sadar bawa long march itu dilakukan oleh lebih dari seribu orang. Maka kami bagi beberapa orang untuk selalu mengingatkan agar jangan sampai disusupi provokator. 

Kami sadar perjalanan menempuh jarak lebih dari 10 km dengan berjalan kaki tentu bukan hal yang mudah. Semua lelah dan haus . Laparpun kami harus kami tahan.

Nah, saat itu kami melewati jalan umum yang juga rute transportasi umum yang juga sangat sibuk. Secara otomatis, kami menyita waktu para pengemudi.

Di sini para koordinator bertugas untuk membuat semua bisa berjalan baik. Selama perjalanan inilah yang rawan disusupi oleh provokator.

Jika ada provokator yang masuk dan kemudian melempar batu ke suatu objek maka bisa jadi demonstrasi dan unjuk rasa akan berlangsung ricuh atau bahkan rusuh. 

Di sini dituntut kepemimpinan korlap.  Berkat kesadaran semua pihak, mulai dari mahsiswa, pengguna jalan dan pengemudi yang ikut merasakan apa yang kami suarakan maka perjalanan demo bisa kami lalui dengan baik.  Bahkan, setelah orasi dan selesai unjuk rasa kami diberi tawaran tumpangan truk Dalmas dari kepolisian.  Semua bisa berjalan dengan baik dan tertib.

Sedikit berbeda dengan demo yang tidak bisa dikendalikan. ini biasanya dipengaruhi oleh koordinator lapangan yang kurang bisa mengendalikan peserta. Biasanya tidak ada kesepakatan awal yang baik sehingga demo berlangsung liar dan tanpa fokus yang jelas. Dalam keadaan begini biasanya pihak-pihak yang ingin menangguk keuntungan akan mudah masuk. Masuknya provokator tak bisa dihindari dan bisa menjadi pemicu kerusuhan. 

Kejelasan tujuan

Sebuah unjuk rasa pasti mempunyai latar belakang yang bisa ditelusuri.  Setelah indonsia merdeka ada catatan menarik yang bisa diambil dari tiap generasi. masing masing zaman punya kekhasan tersendiri. namun, semua itu lebih banyak digerakan oleh satu kekuatan besar. Mereka yang menggerakkan demonstrasi adalah pada pemuda dan mahasiswa.

Mari kita lihat demontrasi yang digerakkan oleh mahasiswa, pemuda dan berbagai kesatuan aksi yang sudah terbentuk sjah Oktober 1965.  Para pendemo menuntut perbaikan keadaan saat pergantian orde lama ke orde baru. Mereka menuntut tiga hal yang sngat dirasakan oleh masyarakat, yang kita kenal dengan Tritura. Tiga tuntutan rakyat, yang terdiri dari menuntut pembubaran PKI  dan ormas-ormasnya, pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur PKI dan menuntut perbaikan ekonomi dengan menurunkan harga.

Semua tuntutan itu mewakili dan mencerminkan keinginan sebagian warga masyarakat yang sedang mengalami penderitaan. Setelah G 30 S maka semua biang keladi dijatuhkan kpada PKI.

PKI dianggap menjadi awal mula penderitaan melalui proses politik yang dijalankan hingga berpengaruh terhadap perekonomian rakyat. Perekonomian yang memburuk dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi dan harga barang yang tak terjangkau membuat para pemuda dan mahasiswa tergerak hatinya untuk menyuarakan nasib rakyat.

Kejelasan tujuan dan kesamaan visi para peserta demo akan membuat langkah yang dengan mudah dikomando. Satu langkah satu komando sehingga tidak akan ada yang berdemo dengan liar tanpa arah.

Peran penting dari para orlap dibutuhkan leadership yang baik. Di sini kita dituntut untuk bisa mengarahkan peserta demo untuk tidak asal teriak kencang.

Mereka harus diberi penjelasan sehingga saat demo mereka bisa mengerti apa yang jadi tuntutan. Jangan sampai banyak orang demonstrasi tapi tidak tahu pa yang dilakukan.

Demikian seelumit tulisa saya kali ini. Semoga bisa jadi bahan renungan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun