Mohon tunggu...
Rofu Bintang Suroya
Rofu Bintang Suroya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen Komunikasi Universitas Padjajaran

Saya seorang individu yang senang belajar hal baru dan cepat beradaptasi, tentunya saya juga memiliki komunikasi yang baik secara individu maupun tim.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peranan Media Sosial sebagai Sarana Kampanye

30 Mei 2023   22:35 Diperbarui: 30 Mei 2023   22:31 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia mulai memasuki tahun politik, pasalnya pada awal tahun 2024 mendatang akan dilaksanakan pemilu secara serentak untuk memilih anggota DPR, DPRD, DPD, hingga Presiden. 

Kegiatan ini dijadwalkan akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024. Terhitung kurang dari setahun menjelang pemilu serentak diadakan, maka tak heran sudah banyak baliho yang bertengger di beberapa ruas jalan di Indonesia yang ikut menyemarakkan pesta demokrasi yang akan berlangsung. Kampanye semacam ini rutin dilakukan menjelang pelaksanaan pemilu. 

Penggunaan baliho oleh para kandidat dinilai memiliki tujuan untuk mengenalkan diri para kandidat kepada masyarakat. Umumnya baliho berisi informasi mengenai profil kandidat serta ajakan untuk memilih. Pesan yang termuat di dalam baliho berupa pesan persuasif yang ditujukan kepada masyarakat terutama pemilih untuk memilih kandidat yang sesuai visi misi mereka.

Suara masyarakat sangat dibutuhkan untuk menentukan siapa yang pantas untuk menduduki kursi parlemen dan sebagainya. Maka tak heran, para kandidat berusaha mendekatkan diri ke masyarakat dan melakukan upaya-upaya persuasif guna mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat. 

Komunikasi memiliki peranan yang cukup krusial untuk melakukan upaya persuasif tersebut. Komunikasi politik menjadi salah satu bagian penting dari demokrasi. Rush dan Althoff (2008) menilai komunikasi politik memainkan peran yang penting dalam sistem politik, yakni menentukan elemen dinamis serta menjadi bagian dari sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan politik.

Berdasarkan data BPS (per Desember 2021) jumlah penduduk Indonesia terbanyak berada pada rentang usia produktif, yakni sebanyak 22,98 juta jiwa berada pada usia 20-24 tahun, 21,75 juta jiwa berada pada usia 25-29 tahun, dan sebanyak 20,82 juta jiwa berada pada usia 30-34 tahun. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pemilih terbanyak berasal dari kalangan anak muda. 

Hal ini tentu menjadi pertimbangan bagi para calon kandidat untuk menentukan langkah persuasif yang akan dilakukan guna mendapatkan lebih banyak dukungan suara, termasuk juga menentukan media mana yang paling efektif untuk menjangkau suara anak muda. Keberhasilan meraih dukungan yang banyak dari para anak muda menjadi pilihan yang cukup menjanjikan untuk memenangkan pemilu yang mendatang.

Banyak cara yang dilakukan oleh kandidat dan parpol (partai politik) untuk menarik dukungan, selain dengan dialog yang dilakukan langsung dengan masyarakat, pidato dan debat guna menyampaikan visi misi kandidat, hingga tur kampanye. Namun, ada hal yang cukup krusial yang dapat dilakukan selama masa kampanye, yakni pemilihan media komunikasi. 

Pada saat sekarang, orasi politik para kandidat tidak hanya dilakukan secara konvensional seperti orasi yang dilakukan di lapangan terbuka, penyebaran pamlet ataupun baliho. 

Namun para kandidat dapat menjangkau audiens lebih jauh dan luas lagi dengan memanfaatkan media sosial sebagai media kampanye. Media sosial juga dikenal sebagai media yang cukup digemari oleh anak muda, yakni penduduk Indonesia yang berusia 19-34 tahun memiliki penetrasi internet sebesar 98,64% (Survei APJII, 2022).

Menurut Silih Agung Wasesa (2013) kehadiran media baru berbasis digital seperti media sosial membuat informasi politik tidak hanya semakin masif, akan tetapi juga terdistribusi dengan cepat dan bersifat interaktif. 

Dengan karakteristik yang dimiliki media sosial, menjadikan media ini banyak dimanfaatkan oleh para actor politik di sejumlah negara sebagai media kampanye politik. 

Selain itu media sosial dinilai mampu untuk menjaring pemilih muda dan memiliki biaya yang relatif murah. Pada era digital saat sekarang, media sosial memaikan peran yang signifikan dalam komunikasi politik.

Penting bagi institusi politik untuk berpartisipasi aktif dalam komunikasi politik yang berbasiskan media sosial, terutama dalam hal kampanye pemilu. Media sosial mampu memberi gambaran sebagai sarana ideal dan basis informasi untuk mengetahui opini publik tentang kebijakan dan posisi politik, selain itu juga berguna dalam membangun dukungan komunitas kepada politisi yang tengah berkampanye. 

Media sosial diharapkan bisa menjadi media bagi mengalirnya informasi dua arah yang interaktif antara politisi dan pendukungnya. Internet menjanjikan memberikan forum yang seluas-luasnya bagi pengembangan kelompok kepentingan dan sebagai sarana penyaluran opini (Asih, 2011).

Memaksimalkan Peran Media Sosial

Untuk memaksimalkan kampanye melalui media sosial, tim sukses haruslah memiliki pemahaman yang cukup memadai dalam mengelola tata bahasa, hal ini bertujuan agar pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada para audiens. Bahasa yang tidak baku akan cepat melebur dan beradaptasi dengan masyarakat, sehingga isi pesan dapat lebih tercapai. 

Selain penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi lingkungan sekitar, gambar yang berbau motivasi serta unik juga sebaiknya ikut disertakan dalam pesan tersebut. Ada baiknya jangan hanya menyampaikan kelebihan seorang tokoh secara terang-terangan, namun disampaikan lewat kandungan tulisan pesan.

Para kandidat dapat melakukan branding diri pada akun media sosial dengan menunjukkan ciri khas atau identitas politik dari diri mereka. Dengan membangun konsistensi serta gaya komunikasi pada media sosial, seorang kandidat dapat membangun kehadiran online yang kuat dan menggambarkan karakter diri sebagai figure politik yang diinginkan rakyat. 

Selanjutnya para kandidat juga dapat melakukan interaksi dengan pemilih melalui fitur-fitur yang ada di media sosial seperti kolom komentar. Kandidat dapat mengadakan sesi tanya jawab langsung, diskusi dengan pemilih, hingga memperoleh masukan dan menggali isu-isu penting bagi para pemilih. Hal ini juga bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pemilih serta adanya keefisienan waktu.

Salah satu contoh partai yang melakukan branding sebagai partainya anak muda adalah Partai Gerindra. Partai yang diketuai oleh Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Indonesia saat ini cukup aktif di media sosial Twitter. 

Admin media sosial Twitter Gerindra cukup aktif merespon komentar-komentar yang ada, hingga saling melempar candaan dengan beberapa pengguna Twitter lainnya. Selain itu, Bapak Ganjar Pranowo dan Ridwal Kamil juga dinilai aktif dalam melakukan interaksi dengan para pengikutnya di media sosial. Hal ini dinilai dapat menarik perhatian publik kepada para kandidat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun