Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Umar ra., kita diberikan gambaran yang menarik tentang dua tokoh penting dalam Islam: Nabi Isa AS dan Dajjal. Gambaran fisik yang disajikan tentang keduanya menarik perhatian kita, namun ada pelajaran yang lebih dalam yang dapat kita ambil dari perbandingan ini.
Dari Abdullah Ibn Umar ra: Bahwa Rasulullah saw bersabda:Â
Tadi malam aku diperlihatkan di dekat Ka'bah, aku melihat seorang laki-laki sawo matang, seperti laki-laki sawo matang paling rupawan yang pernah kamu lihat, dia memiliki  rambut yang melewati cuping telinganya, seperti rambut dengan panjang tersebut yang paling indah yang pernah kamu lihat, ia telah menyisir rambutnya yang meneteskan air, ia bersandar kepada dua orang laki-laki, atau kepada pundak dua orang, ia berthawaf di al-Bait (Ka'bah), maka aku bertanya: Siapakah orang ini? Dikatakan: (Dia adalah) al-Masih (Isa) ibn Maryam. Kemudian tiba-tiba aku bertemu seseorang yang rambutnya pendek dan keriting, mata kanannya buta seolah-olah buah anggur yang menonjol, maka aku bertanya: Siapakah orang ini? Dikatakan: (Dia adalah) al-Masih al-Dajjal
(Sahih al-Bukhori no. 6484)
Nabi Isa digambarkan sebagai sosok yang sangat tampan, dengan kulit sawo matang dan rambut yang indah yang melebihi cuping telinga. Ini adalah gambaran fisik yang menggambarkan keindahan dan kesempurnaan. Namun, keindahan luar Nabi Isa juga mencerminkan keindahan dalam, yaitu kemurnian hati dan kesempurnaan spiritualnya.
Di sisi lain, Dajjal digambarkan sebagai sosok dengan rambut pendek dan keriting, dengan kecacatan fisik yang menonjol seperti mata kanan buta. Ini bukan hanya gambaran fisik, tetapi juga simbol dari keburukan dan kecacatan moral. Dajjal mewakili godaan dan kejahatan yang ada di dunia ini, yang mencoba menghalangi manusia dari kebenaran dan kebaikan.
Dari perbandingan ini, kita belajar tentang pentingnya memperhatikan baik buruknya karakter seseorang. Kecantikan luar mungkin menarik perhatian, tetapi kebaikan dalam hati adalah yang sebenarnya berharga di mata Allah SWT. Kita juga diajarkan untuk waspada terhadap godaan dan kejahatan di sekitar kita, seperti yang diwakili oleh Dajjal, dan untuk tetap teguh dalam iman dan kebenaran.
Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari perbandingan antara Nabi Isa dan Dajjal ini, dan terus berusaha untuk meningkatkan kebaikan dalam diri kita sendiri serta menjauhi godaan kejahatan di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H