Mohon tunggu...
Rovit Ginatra
Rovit Ginatra Mohon Tunggu... Aktor - Pekerja

Saya seorang pakar masalah. Mencari masalah,menemukan masalah,dan jika sudah membuat masalah maka saya lari dari masalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebohongan Akan Menjadi Kebenaran Jika Disebarluaskan kepada Orang yang Pola Pikirnya Menggunakan Otot

29 Juli 2024   16:34 Diperbarui: 29 Juli 2024   21:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
orientacionpsicologica.es


Di zaman modern ini, informasi dapat menyebar dengan sangat cepat, baik melalui media sosial, televisi, maupun media lainnya. Sayangnya, tidak semua informasi yang tersebar adalah kebenaran. Kebohongan yang dihembuskan secara terus-menerus kepada orang-orang dengan pola pikir yang cenderung menggunakan otot atau kekerasan dapat dengan mudah berubah menjadi sebuah fanatisme. Pada akhirnya, kebohongan tersebut bisa menjadi seolah-olah kebenaran karena dilindungi oleh mereka yang berpikir dengan otot.

Kebohongan dan Fanatisme

Ketika sebuah kebohongan disebarluaskan dan diterima oleh sekelompok orang yang mengandalkan kekuatan fisik atau intimidasi, mereka cenderung membentuk kelompok fanatik. Fanatisme ini bukan hanya mendukung kebohongan tersebut, tetapi juga menolak dan menekan siapa pun yang berusaha mengungkap kebenaran. Orang-orang ini seringkali tidak mempertimbangkan bukti atau logika, melainkan mengandalkan kekuatan dan jumlah untuk mempertahankan pandangan mereka.

Perlindungan dari Orang yang Berpikir dengan Otot

Ketika kebohongan mendapatkan perlindungan dari orang-orang yang berpikir dengan otot, kebenaran akan semakin sulit untuk diungkapkan. Mereka yang berusaha menentang kebohongan tersebut akan diintimidasi, ditekan, atau bahkan disingkirkan. Dalam situasi seperti ini, kata-kata kebenaran akan ditutup oleh mereka yang menggunakan otot sebagai alat utama dalam berpikir dan bertindak.

Akhirnya, Kebohongan Diakui sebagai Kebenaran

Ketika kebohongan terus-menerus dipertahankan dan kebenaran ditekan, masyarakat akan dipaksa untuk menerima kebohongan tersebut sebagai kebenaran. Tekanan dari kelompok yang mengandalkan kekerasan ini bisa membuat orang lain merasa tidak punya pilihan selain menerima kebohongan sebagai suatu kenyataan. Dalam kondisi ini, kebenaran yang sesungguhnya akan tertutup dan terlupakan, dan kebohongan tersebut akan diakui sebagai kebenaran.

Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya kritis dalam menerima informasi dan berhati-hati terhadap fanatisme yang didasarkan pada kekuatan fisik atau intimidasi. Kebenaran harus diperjuangkan dengan argumentasi yang logis dan bukti yang kuat, bukan dengan otot atau kekerasan. Hanya dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa kebenaran yang sesungguhnya tidak akan tertutup oleh kebohongan yang disebarluaskan oleh mereka yang berpikir dengan otot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun