Belakangan ini, maraknya kasus santri yang dicabuli di lingkungan pondok pesantren (ponpes) telah menjadi perhatian publik. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan terhadap sistem pendidikan berbasis agama yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendidik. Berikut ini adalah lima penyebab utama yang dianggap berkontribusi terhadap peningkatan kasus pelecehan seksual di lingkungan ponpes:
1. Kurangnya Pengawasan dan Pengaturan yang Ketat
Banyak ponpes di Indonesia yang beroperasi dengan minim pengawasan dari pihak berwenang. Sistem pengawasan yang longgar ini memungkinkan terjadinya penyimpangan perilaku dari pengurus atau pihak lain yang memiliki akses ke santri. Selain itu, kurangnya aturan yang jelas dan tegas terkait perlindungan anak di dalam ponpes juga membuat pelaku merasa leluasa untuk melakukan tindakan tidak senonoh tanpa takut mendapatkan sanksi yang berat.
2. Keterbatasan Pendidikan Seksual
Edukasi seksual di banyak ponpes masih dianggap tabu dan kurang mendapat perhatian. Santri sering kali tidak dibekali dengan pengetahuan yang memadai tentang tubuh mereka, hak-hak mereka, dan bagaimana melindungi diri dari pelecehan. Keterbatasan pengetahuan ini membuat santri rentan menjadi korban karena mereka tidak memiliki keterampilan untuk mengenali dan melaporkan perilaku yang tidak pantas.
3. Hubungan Kekuasaan yang Tidak Seimbang
Dalam banyak kasus, pelecehan terjadi karena adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Pimpinan ponpes atau pengurus sering kali memiliki otoritas yang besar dan dihormati oleh santri, sehingga santri merasa sulit untuk melawan atau melaporkan pelecehan yang mereka alami. Ketakutan akan hukuman, penolakan, atau stigma sosial juga menjadi faktor yang membuat korban memilih untuk diam.
4. Minimnya Mekanisme Pengaduan dan Perlindungan Korban
Banyak ponpes tidak memiliki mekanisme pengaduan yang jelas dan aman bagi santri yang mengalami pelecehan. Ketika korban melaporkan kasus mereka, sering kali laporan tersebut tidak ditindaklanjuti dengan serius atau malah ditutupi untuk menjaga reputasi ponpes.Â
Hal ini menyebabkan pelaku tidak mendapatkan hukuman yang setimpal dan terus melakukan perbuatannya. Selain itu, korban juga sering kali tidak mendapatkan dukungan psikologis dan emosional yang mereka butuhkan.