Mohon tunggu...
Rovit Ginatra
Rovit Ginatra Mohon Tunggu... Aktor - Pekerja

Saya seorang pakar masalah. Mencari masalah,menemukan masalah,dan jika sudah membuat masalah maka saya lari dari masalah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyebab Maraknya Kasus Santri Dicabuli di Lingkungan Ponpes

30 Juni 2024   08:18 Diperbarui: 30 Juni 2024   08:21 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, maraknya kasus santri yang dicabuli di lingkungan pondok pesantren (ponpes) telah menjadi perhatian publik. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan terhadap sistem pendidikan berbasis agama yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendidik. Berikut ini adalah lima penyebab utama yang dianggap berkontribusi terhadap peningkatan kasus pelecehan seksual di lingkungan ponpes:

1. Kurangnya Pengawasan dan Pengaturan yang Ketat

Banyak ponpes di Indonesia yang beroperasi dengan minim pengawasan dari pihak berwenang. Sistem pengawasan yang longgar ini memungkinkan terjadinya penyimpangan perilaku dari pengurus atau pihak lain yang memiliki akses ke santri. Selain itu, kurangnya aturan yang jelas dan tegas terkait perlindungan anak di dalam ponpes juga membuat pelaku merasa leluasa untuk melakukan tindakan tidak senonoh tanpa takut mendapatkan sanksi yang berat.

2. Keterbatasan Pendidikan Seksual

Edukasi seksual di banyak ponpes masih dianggap tabu dan kurang mendapat perhatian. Santri sering kali tidak dibekali dengan pengetahuan yang memadai tentang tubuh mereka, hak-hak mereka, dan bagaimana melindungi diri dari pelecehan. Keterbatasan pengetahuan ini membuat santri rentan menjadi korban karena mereka tidak memiliki keterampilan untuk mengenali dan melaporkan perilaku yang tidak pantas.

3. Hubungan Kekuasaan yang Tidak Seimbang

Dalam banyak kasus, pelecehan terjadi karena adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Pimpinan ponpes atau pengurus sering kali memiliki otoritas yang besar dan dihormati oleh santri, sehingga santri merasa sulit untuk melawan atau melaporkan pelecehan yang mereka alami. Ketakutan akan hukuman, penolakan, atau stigma sosial juga menjadi faktor yang membuat korban memilih untuk diam.

4. Minimnya Mekanisme Pengaduan dan Perlindungan Korban

Banyak ponpes tidak memiliki mekanisme pengaduan yang jelas dan aman bagi santri yang mengalami pelecehan. Ketika korban melaporkan kasus mereka, sering kali laporan tersebut tidak ditindaklanjuti dengan serius atau malah ditutupi untuk menjaga reputasi ponpes. 

Hal ini menyebabkan pelaku tidak mendapatkan hukuman yang setimpal dan terus melakukan perbuatannya. Selain itu, korban juga sering kali tidak mendapatkan dukungan psikologis dan emosional yang mereka butuhkan.

5. Stigma dan Tabu Sosial

Pelecehan seksual masih menjadi topik yang sangat sensitif dan tabu di banyak komunitas, termasuk di lingkungan ponpes. Stigma yang melekat pada korban pelecehan seksual membuat banyak santri enggan melaporkan kasus mereka karena takut dicap negatif oleh masyarakat. 

Sikap ini diperparah dengan pandangan yang menganggap pelecehan sebagai aib keluarga yang harus ditutupi. Akibatnya, banyak kasus pelecehan tidak terungkap dan pelaku tidak mendapatkan hukuman yang setimpal.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap ponpes dan memastikan adanya aturan yang ketat terkait perlindungan anak. Ponpes juga harus mengimplementasikan edukasi seksual yang komprehensif bagi santri dan menciptakan mekanisme pengaduan yang aman dan efektif. Selain itu, perlu ada perubahan sikap masyarakat terhadap korban pelecehan seksual dengan menghilangkan stigma dan memberikan dukungan penuh bagi mereka.

Melalui upaya-upaya tersebut, diharapkan lingkungan ponpes dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para santri untuk belajar dan berkembang tanpa takut mengalami pelecehan seksual. Hanya dengan langkah-langkah nyata, kita dapat melindungi generasi muda dari tindakan keji yang merusak masa depan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun