Mohon tunggu...
Muhammad Rofiqul Rohman
Muhammad Rofiqul Rohman Mohon Tunggu... Psikolog - Seorang Pembelajar

Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Cinta: Bucin dan Self Love

23 Januari 2022   16:20 Diperbarui: 23 Januari 2022   16:28 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta adalah suatu kata yang tidak dapat dipisahkan dari hidup seseorang, hal tersebut dapat terlihat dari hampir semua orang mengetahui tentang cinta ada yang memiliki persepsi positif ada juga yang negatif, lalu apakah itu cinta?

Ada istilah jawa yaitu tresno jalaran soko kulino (cinta itu dibiasakan maka passionnya akan muncul). dan  bagaimana itu cinta? cinta adalah satu-satunya relasi yang tidak bisa dipalsukan, karena cinta akan berhubungan dengan rasa atau passion, tentunya ada beberapa mekanisme untuk menumbuhkan passion atau kecintaan terhadap sesuatu. 

Yang pertama yaitu dibiasakan, jika ingin bisa cinta dengan sesuatu atau seseorang misalnya perlu dibiasakan agar passionnya muncul, walaupun awalnya terpaksa, seperti dalam terminologi islam yaitu shodaqoh, sholat, mengaji dan banyak hal lainnya yang mana aktivitas kebaikan apapun perlu pembiasaan untuk memunculkan cinta. 

Yang kedua yaitu mencari keindahan, dalam artian disini disadarkan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak ada indahnya, apapun itu suatu materi akan mengandung sisi indahnya dan sisi istimewanya. yang ketiga yaitu pembersihan diri, dalam bahasa sufi dikenal dengan “mengalahkan ego dan menjernihkan hati” karena jika hati bersih dan jernih maka yang akan muncul keluar adalah cinta, sehingga mudah bagi seseorang untuk mencintai banyak hal kebaikan apapun (Faiz, 2020).

Terkhusus pada cinta diri sendiri atau yang lebih dikenal saat ini dengan sebutan self-love, cinta pada diri sendiri bagian dari cinta pada yang diluar diri. sehingga untuk menghindari fenomena bucin pertama yang harus dilakukan yaitu mencintai dirinya sendiri, karena hakikat cinta harus cinta pada dirinya sendiri terlebih dahulu baru mencintai orang lain. 

Seseorang yang yang ingin membahagiakan orang lain maka seseorang tersebut harus bahagia terlebih dahulu, tidak mungkin jika seseorang ingin membahagiakan orang lain namun dirinya sendiri tidak bahagia. sehingga tidak mungkin seseorang bisa mencintai yang diluar dirinya tapi tidak mencintai dirinya sendiri (Qurani & Rahman, 2005).

Namun hal tersebut tidak serta merta mudah diaplikasikan karena banyak orang yang sulit mewujudkan hal tersebut, dalam pandangan agama islam hal tersebut dikarenakan banyaknya hijab atau penghalang seseorang dari cinta. 

Penghalang tersebut yang pertama yaitu ego, ego dinilai paling berat karena ia harus berhadapan dengan dirinya sendiri. yang kedua yaitu sejarah yang dapat diartikan dengan kondisi global, seperti krisis ekonomi, krisis moral dan banyak hal lainnya yang dapat berpengaruh pada kepribadian dan pola pikir seseorang, yang ketiga yaitu karakteristik masyarakat itu sendiri, seperti adat hukum dan tradisi yang terkadang menghalangi cinta, lalu yang terakhir yaitu alam seperti wabah pandemi contohnya yang membuat orang banyak yang sakit sehingga sulit untuk mendapatkan cinta dari sesuatu.

Lalu bagaimana cinta jika dikaitkan dengan fenomena saat ini, yang sering di dengar di kalangan masyarakat indonesia terkhusus di kalangan remaja dan dewasa awal yang sering dikenal dengan bucin atau budak cinta? tentunya untuk melihat fenomena tersebut yang paling penting harus dibahas terlebih dahulu adalah definisi tentang cinta yang menghasilkan tujuan dari cinta itu sendiri. 

Menurut Erich Fromm cinta yaitu suatu seni yang memerlukan pengetahuan serta latihan. Cinta adalah suatu kegiatan positif dan bukan merupakan pengaruh yang pasif dan negatif (Alwisol, 2011).

Sehingga apabila bucin diartikan sebagai seseorang yang mengalami jatuh cinta sampai menjatuhkan dirinya dan menghilangkan eksistensi dirinya sendiri maka itu bukanlah cinta yang sesungguhnya menurut Robert Sternberg komponen cinta selain passion juga terdapat, care, responsibility dan respect. sehingga selain ada rasa juga harus dapat menghargai orang lain yang dicinta dan juga diri sendiri. lalu jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. 

Hal tersebut seringkali justru malah dapat merusak nama baik cinta itu sendiri. Sebenarnya cinta itu mulia namun terkadang rusak dengan hal-hal yang tidak bertanggung jawab, seperti contoh lain dalam hal ini cinta pada agama, jangan sampai cinta pada agama secara tidak bertanggung jawab justru akan menjatuhkan nama agama dan cinta (Shihab & Shihab, 2012).


Referensi
Alwisol. (2011). Psikologi Kepribadian. UMMPress.
Faiz, F. (2020). Menjadi Manusai Menjadi Hamba. Noura Book.
Qurani, ’A’id ibn ’Abd Allah, & Rahman, S. (2005). La tahzan, jangan bersedih. Qisthi Press.
Shihab, M. Q., & Shihab, M. Q. (2012). Surah Âli ʿImrân, Surah an-Nisâʾ (Cetakan V). Lentera Haiti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun