"Kalau itu yang terbaik untuk Andina, Ayah ngga bisa nahan kamu. Tapi ingat, jangan lupakan keluarga dan selalu berdoa agar kami diberi kesehatan dan kekuatan, "kata Pak Haris dengan suara berat, namun penuh kasih.
Andia memeluk Ayah dan Ibunya dengan penuh haru. Ia tahu bahwa orang tuanya menginginkan yang terbaik untuknya. Meskipun mereka tidak sepenuhnya setuju, mereka memberikan restu atas pilihan yang telah ia buat.
Setelah itu, Andina memulai perjalanan barunya ke rumah Qur'an. Ia merasa bersyukur atas doa dan dukungan orang tuanya, meskipun di awal nmereka ragu. Dalam hati Andina, ada tekad yang kuat untuk menghafal Al-Qur'an dengan sepenuh hati, serta tidak melupakan tanggung jawabnya kepada keluarga.
Setiap kali setahun dua kali ia pulang ke rumah, ia selalu berbagi cerita dan hasil hafalan yang baru dengan Pak Haris dan Bu Siri. Perlahan, mereka mulai merasa bangga melihat anaknya semain dekat dengan Al-Qur'an dan memiliki hobi yang baik yakni menghafalkan Al-Qur'an.
Hari demi hari berlalu, dan Andina semakin kuat dalam hafalannya. Oranng tuanya pun semakin memahami betapa pentingnya jalan yang telah ia pilih, meskipun awalnya mereka ragu. Andina berhasil membuktikan bahwa keinginannya untuk menghafal Al-Qur'an bukanlah sebuah pengabaian terhadap keluarga, melainkan sebuah langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H