Di sebuah desa yang sunyi, hiduplah sebuah keluarga sederhana. Pak Haris, seorang petani yang rajin, dan Bu Siti, ibu rumah tangga yang penuh kasih sayang. Mereka dikaruniai dua orang anak. Andina yang kini berusia 18 tahun dan Rfi yang baru berusia 10 tahun. Sejak kecil, keluarga ini selalu mengajarkan nilai-nilai agama, terutama membaca dan menghafal Al-Qur'an.
Namun, ketika Andina mulai menunjukkan minat yang besar untuk melanjutkan hafalan Al-Qu'an ke jenjang yang lebih serius, hal itu memunculkan ketegangan di dalam rumah. Andina ingin melanjutkan belajar di sebuah rumah Qur'an di daerah Jawa Barat, tempat di mana ia bisa fokus menghafal dan mendalami Al-Qur'an lebih dalam.
"Bu Andina pengen lanjut ngafal aja deh di Jawa Barat, Andina belum mau kuliah." Kta Andina dengan mata yang penuh harap pada ibunya"
"Kamu yakin? Jawa Barat jauh lho dari rumah." Kata ibu penuh tanya
"Iya Bu yakin, lagian aku bosen juga kalau deket rumah, pengen cari pengalaman di tempat jauh-jauh jelas Andina dengan penuh semangat.
Namun, Pak Haris yang mendengarkan perbincangan itu tampak ragu. Meskipun ia sangat menghargai pentingnya agama, ia merasa keputusan Andina untuk melanjutkan hafalannya setelah lulus di SMA bukanlah jalan yang tepat
"Andina, Ayah mengerti keinginanmu. Tapi kamu tahu kan, hidup jauh dari rumah, ngerantau itu ngga mudah. Di sini, kamu bisa bantuin kami dirumah. Ayah dan Ibu sudah cukup tua nanti kalau kamu jauh siapa yang bantu Ayah dan Ibu?". Jawab Pak Haris sambil jalan lalu duduk di samping kanan Andina dengan suara yang penuh kerisauan.
Bu Siti yang duduk di sampingnya menambahkan, "Andina, kami selalu mendukungmu untuk menghafal Al-Qur'an, tapi apakah kamu yakin mau meninggalkan kami? Ayah dan Ibu masih butuh bantuanmu di rumah. Ada banyak pekerjaan yang harus dibantu."
Andina merasa hatinya teriris mendengar kata-kata orang tuanya. Di satu sisi, ia tahu betapa besar pengorbanan orang tua untuknya, namun di sisi lain, ia merasa bahwa ini adalah panggilan hidupnya, keinginan terbesarnya. Ia ingin memperdalam ilmu agam dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara ini.
"Ayah, Ibu, Andina ngga bakalan lupa apalagi ninggalin kalian, Andina cuma ingin memperbaiki diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik lagi dalam agam," Andina mencoba menjelaskan.
Pak Haris teridam sejenak. Ia tahu betul betapa besar cinta anaknya terhadap agama, tetapi ia merasa khawatir akan masa depan Andina. Ia tidak ingin anaknya terlupa akan tanggung jawab terhadap keluarga. Namun, melihat tekad Andina yang kuat, hatinya mulai luluh.