Mohon tunggu...
Rofiq Hasan Marlin
Rofiq Hasan Marlin Mohon Tunggu... Penulis - Suka membaca menulis

Rofiq Hasan Marlin atau Ainur Rofiq, ia lahir di kota Pasuruan 07 April 2000. Ia aktif di komunitas Sastra Lereng Arjuno, salah satu komunitas sastra di desa jatiarjo prigen pasuruan jawa timur Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puzzle Separuh Hati

14 Mei 2024   03:09 Diperbarui: 14 Mei 2024   03:13 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Puzzle separuh hati aku bawa ke sebrang desa

Mendatangi rumah yang telah lama aku ingin segera mengetuk pintunya,

Sambil merangkai tutur kata yang tiba - tiba terhapus oleh keringat tiada henti membasahi tubuh.

Dalam hitungan satu dua dan ketiga.... Siaaaal tanganku enggan bergerak dihasut oleh keraguan.

Degub arloji mendesak agar segera disampaikan sebelum baterainya habis dan waktu tidak bisa diputar lagi katanya.

Dan hitungan ke empat aku tumpahkan seluruh tekat dan yah berhasil, bunyi tok tok tok berhasil  aku ciptakan.

***

"Siapa?"

Suara yang selalu membuatku terhipnotis terdebgar begitu merdu di balik pintu.

"A a a a a a a a a"

Dalam hatiku (Ahhhhh bajingan ayo ayo ini sudah waktunya )

"A a a Aku Airus"

Krieeeeeeeeet, pintu terbuka disertai pertanyaan kedua yang ia lontarkan "oh tumben kamu Airus datang kerumahku ada perlu apa? "

Sebelum menjawab entah dengan tanpa sadar aku tiba-tiba punya jurus monyet (nyengir sambil garuk-garuk kepala didepannya)

"Anu.. Itu..Anu"

"Ah aku lupa sebaiknya kamu masuk dulu"

Setelah aku  masuk dan duduk rasanya kursi yang aku duduki terdapat aliran listrik tegangan besar tubuhku tak hentinya bergetar.

Ia mengulangi lagi pertanyaan didepan pintu tadi

"Tumben kemari ada perlu anu..itu..anu.. apa?" (sambil tersenyum mengejek)

Mendengar pertanyaan itu lagi, degub jantung seperti kereta yang sedang melaju kencang,

Dengan sisa tekat akupun menjawabnya

"Gimana kabarmu zilfa? " (Eh tunggu tunggu tadi kayaknya aku ga kepikiran untuk nanya kabar, lagi pula ia bertanya maksud dan tujuanku)

"Ya seperti yang kamu lihat saat ini, aku baik - baik saja"

Masyaallah terimakasih tuhan aku masih diberi kesempatan untuk melihat salah satu keindahan  dari milyaran yang telah engkau ciptakan.

"Sempurna"

"Heh apanya yang sempurna? "

Sungguh mulut yang tak tau malu seenaknya mengeluarkan kata itu.

"Eh eh nggak maksudku aku juga baik baik saja"

"Owh syukurlah"

Setelah basa basi itu seketika ruang tamu hening, dia kembali memainkan hp ditangannya, sedangkan aku mendamaikan hati dan otak yang sedang berdebat, otak meminta segera mengatakan, sedangkan hati masih takut akan jawaban yang akan diterima.

***

Beberapa menit berlalu, dengan segala keberanian aku mulai percakapan dan menumpahkan niat dan tujuanku datang kemari

"Ehem"

"Iya kenapa Airus? "

"Begini zilfa, kita kan sudah lama kenal juga aku rasa kita sudah terbilang dekat, maksud aku datang kemari ingin memintamu untuk melengkapi puzzle separuh hati ini, untuk disempurnakan menjadi gambar hati yang sempurna"

"Hah? Maksudnya? Maaf Aku gak mengerti maksud mu"

"Be be be be" (Sial sejak kapan aku punya kebiasaan gugup seperti ini"

"Begini Zilfa, intinya aku sudah lama punya rasa suka kepadamu, tapi aku belum berani mengatakannya, kali ini aku memberanikan diri untuk bilang ini kekamu"

Setelah mengatakan itu aku serasa merasakan tegukan air yang segar setelah berlarian di ditengah gurun yang panas, tapi aku masih belum lega karna masih belum menerima jawaban darinyadarinya

"Airus, kenapa harus aku? " Dia menjawab dengan kaget

Dengan yaqin aku menjawabnya "setelah lama aku malas mengenal cinta, sekarang rasa itu tumbuh lagi dalam hidupku dan yang membuatnya tumbuh adalah dirimu, aku juga gak tau apa alasannya, aku mengira dengan kedekatan kita kamu juga memiliki rasa yang sama"

Kita sudah lama saling kenal, sudah banyak moment yang kita lewati, hingga sampai dititik aku jatuh hati padanya.

"Hmmm ma ma maaf ya Airus, aku belum bisa menjawab soal ini, lagi pula kita sudah lama sahabatan aku gak mau setalah ini kita canggung gara-gara masalah ini"

"Hehehe gapapa kok, aku kesini hanya ingin menyampaikan rasa yang telah lama aku pendam, biar aku sedikit lega, soal jawaban aku gak maksa kamu untuk menjawab santai saja"

"Maaf"

Seketika kami berdua terdiam, rasa canggung mulai tercipta dengan sendiri nya, setelah mengatakan itu dalam hatiku bergemuruh seakan membodoh - bodohkan diri sendiri, tapi otakku seakan berkata (gapapa tujuanmu sudah terlaksanakan perihal jawaban itu sudah resiko yang harus kamu tanggung)

***

Beberapa hari selanjutnya  bertukar kabar sudah jarang, untuk bertanya lewat pesanpun jariku keluh untuk mengetik, lagu tentang rindu yang selalu aku putar, story whatsapp dan instagram menjadi jalan untuk mengetahui kabarnya, meski ia jarang berstory ria.

Sampai saat ini puzzle yang aku bawa masih gambar separuh hati dan arlojiku berhenti berputar.

kadang aku suka bingung dengan yang namanya cinta seharusnya lebih baik di pendam atau dinyatakan, kalau dipendam aku tak akan pernah tau apa jawabannya, kalau aku  nyatakan    dan hanya aku yang merasakan, dengan orang yang telah lama dekatpun tiba-tiba menjadi asing.

Sebenarnya mana yang benar tas keduanya itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun