Mohon tunggu...
Rofiq Al Fikri
Rofiq Al Fikri Mohon Tunggu... Petani - Seorang Ayah

Koordinator Jaringan Masyarakat Muslim Melayu (JAMMAL)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mahfud Benar, Jokowi Kalah di Provinsi dengan Sejarah Islam Garis Keras

2 Mei 2019   16:11 Diperbarui: 2 Mei 2019   16:27 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Pilpres 2019, Jokowi masih gagal memikat hati rakyat Jawa Barat, meskipun telah melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran di Jabar, menyalurkan bantuan sosial dengan porsi paling besar dibandingkan daerah lain, bahkan hingga merangkul cawapres yang merupakan ulama asal tanah Sunda, KH. Maruf Amin. Jokowi hanya mendapatkan 39% suara, lebih rendah dibandingkan pencapaiannya di Pilpres 2014 yang memperoleh 40% suara.

Dalam catatan sejarah, di Jawa Barat, tepatnya di Malangbong, Garut, Kartosoewirjo mendirikan Istitut Suffah, lembaga yang awalnya mengajarkan pengetahuan umum dan Islam yang akhirnya menjadi lembaga pelatihan militer selama masa pendudukan Jepang. Daerah itu kemudian menjadi basis Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosoewirjo.

Kartosoewirjo pun mendeklarasikan Negara Islam Indonesia (NII) di Desa Cisampang pada 7 Agustus 1949. Deklarasi yang berarti mengkhianati dan tidak mengakui kekuasaan Republik Indonesia dengan alasan Soekarno dan pemimpin Indonesia lainnya dianggap gagal mempertahankan Jawa Barat di perjanjian Renville.

Dalam deklarasi itu, Kartosoewirjo menyebut bahwa hukum yang berlaku di NII adalah hukum Islam dan ia menyebut Desa Cisampang (tempat deklarasi) adalah Madinah yang menjadi ibu kota NII. Deklarasi itu juga ditandatangani oleh ia sendiri yang menyebut dirinya sebagai Imam NII. Tentara Islam Indonesia (TII) pun dibentuk untuk berperang melawan RI.

Selama belasan tahun, NII bergerilya melawan TNI yang sudah bertarung melawan Belanda. Pada akhirnya, pemberontakan NII pun berhasil ditumpas, dan Kartosoewirjo dihukum mati karena terbukti melakukan pemberontakan dan pengkhianatan terhadap republik. (tirto.id)


Islam Garis Keras di Aceh

Saat ini semua kita paham di Aceh bahkan menjadi Daerah Istimewa yang menerapkan hukum syariat Islam, hukum cambuk diberlakukan di sana hingga hari ini. Bahkan daerah itu tersohor dengan sebutan Serambi Mekah. Di Pilpres 2019, Jokowi yang berpasangan dengan KH Maruf Amin, Ketua MUI bahkan mengalami penurunan suara drastis, yaitu hanya mendapat 14,5% suara. Padahal, di 2014 Jokowi berhasil meraup 45,6% suara.

Jika melihat referensi sejarah, Provinsi Aceh juga memiliki akar yang kuat terkait penerapan hukum Islam. Bahkan, pada 20 September 1953, Daud Beureuh mantan Gubernur Militer DI Aceh mendeklarasikan bahwa Aceh adalah termasuk wilayah NII di bawah kepemimpinan Imam Kartosoewirjo.

Sebagai bekas Gubernur Militer, Daud Beureuh berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat Aceh di Pidie dan mendapat pengikut. NII Cabang Aceh pun berhasil menguasai beberapa kota. Alasan kecemburuan ditetapkannya ibu Kota Sumatera, Medan dan keinginan menerapkan hukum Islam menjadi salah satu alasan, mereka memilih bergabung dan memberontak bersama NII. (wikipedia.org)

Islam Garis Keras di Sulsel

Sulawesi Selatan pada Pilpres 2019 menjadi salah satu provinsi di mana suara Jokowi turun secara drastis. Jokowi hanya mendapatkan suara sekitar 41%, padahal di Pilpres 2014 suaranya mencapai 71,43% (saat itu perolehan suara Jokowi terkerek faktor JK yang merupakan tokoh Sulsel).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun