Paket bom itu kini diterima di markas besar Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan meledak mengenai langsung para petinggi PKS. Pada postingan sebelumnya saya sudah menulis tentang pengaduan salah satu pendiri Partai Keadilan (PK) – Yusuf Supendi kepada BK DPR, dengan judul: Pecah Kongsi dengan Pediri, Partai ‘Jenggot’ Kebakaran Jenggot!
Kini tindakan pendiri dan mantan petinggi PKS ini lebih nekad lagi, hari Senin kemarin (21/3/2011) Yusuf Supendi mendatangi KPK untuk melaporkan para petinggi PKS, karena sudah dianggap melanggar hukum. Hampir sama dengan materi pengaduan ke BK DPR, mantan pendiri PKS ini melaporkan tiga hal, yaitu:
- Uang mahar sebanyak Rp 40 miliar yang bersumber dari Adang Daradjatun dan digelapkan oleh Anis Matta sebesar Rp 10 miliar.
- Uang sebanyak Rp 21 miliar yang dipublikasikan di Tempo edisi 31 Desember 2006 halaman 149. Elite PKS Hilmi Aminuddin mengatakan “Secara resmi PKS belum menerima uang dari Wiranto”. Jika tidak resmi bagaimana?
- Uang sebanyak Rp 34 miliar dari Jusuf Kalla pada Pilpres 2004 yang dikelola Luthfi Hasan Ishaaq, bendahara PKS.
Pada kesempatan itu pula lewat sepucuk surat yang Dia bagi-bagikan kepada wartawan, Yusuf Supendi menuntut KPK untuk:
A. Segera melakukan langkah hukum terhadap elite PKS yang dikomandoi Saudara Hilmi Aminuddin (pembuktian terbalik).
B. Segera tindak lanjut kasus daging sapi bermasalah: Main Daging Pentolan PKS, Renyah ‘Daging Berjanggut’.
C. Segera tindak lanjuti dugaan gratifikasi elite PKS.
D. Segera koordinasi ke KPU dan kepolisian terkait dana donatur Rp 50 miliar. Oleh karena itu KPU atau kepolisian agar memblokir Kantor DPP PKS dan mengamankan semua bukti fisik agar tak terjadi penghilangan data.
Nada minor juga keluar dari Mantan Pendiri dan Wakil Presiden Partai Keadilan (PK) – Syamsul Balda menyatakan bahwa: “PKS bukanlah PK karena ada perbedaan ideologi, tapi konstituen PKS adalah konstituen PK yang dikenal militan, taat, ikhlas dan yakin bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Sementara PKS tidak lagi berazaskan Islam hingga kader hanya dijadikan komoditas oleh para elit PKS. Saya sendiri karena tahu prilaku mereka, makanya cepat ke uar dari PKS,” ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/3/2011) – JPNN.
Beberan dari dua tokoh pendiri PK ini bagaikan serangan kiriman parsel bom kepada para petinggi PKS. Banyak pengamat politik mensinyalir pecah kongsi internal di PKS ini mencerminkan adanya gap yang lebar antara generasi pendiri PK dengan para petinggi PKS yang sekarang memegang tapuk pimpinan partai. Apakah kesenjangan antara generasi perintis PK dan penerus PKS merupakan cermin bagi tergusurnya (K – Keadilan) dan dominan atau kesenjangan (S – Sejahtera) antar elit PKS?
Twitter:@rofiq70
FB:arofiq aja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H