Saya kebetulan tinggal di Utan Kayu Selatan dekat dengan Markas Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan alamat Radio 68H, Jl Utan Kayu Raya, No 68 H, Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur, yang kini sedang dilanda musibah meledaknya sebuah Paket Bom Buku yang dikirim tadi pagi pukul 10.00 WIB pagi tadi. Karena paket buku ini sangat mencurigakan, dengan adanya kabel yang menjuntai dan serangkaian komponen. Maka paket ini dilaporkan kepada kepolisian untuk kedatangan Tim Gegana yang khusus menangani pengaduan masyarakan akan adanya ancaman bom atau benda-benda yang sangat mencurigakan.
Sebenarnya paket ini ditujukan langsung kepada Ulil Abshar-Abdalla (lahir di Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1967) - seorang tokoh Islam Liberal di Indonesia. Ulil berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama. Ayahnya Abdullah Rifa'i dari pesantren Mansajul Ulum, Pati, sedang mertuanya, Mustofa Bisri, kyai dari pesantren Raudlatut Talibin, Rembang. Kini Ulil sang tokoh JIL ini menjadi salah satu Ketua Partai Demokrat sekaligus masuk dalam lingkaran dalam Pak Beye.
Apakah langkah terakhir Ulil yang sekarang sudah dalam lingkaran dalam Presiden SBY menjadi ancaman serius bagi kelompok-kelompok radikal, sehingga perlu di kasih 'pelajaran' dengan dikirimnya paket Bom Buku? Semuanya masih remang-remang dan gelap. Mudah-mudahan aparat kepolisian segera dapat mengungkap dengan terang-benderang semua yang ada di balik pengiriman Paket Bom Buku yang ditujukan pada Tokoh Moderat - Ulil Abshar-Abdalla, yang memang terkenal sebagai pembela nilai-nilai demokrasi serta membela ha-hak kaum minoritas, seperti yang sekarang ini sedang ramai menjadi perbincangan di tengah masyarakat yaitu: pelarangan ajaran Ahmadiyah.
Terlepas adanya berbagai spekulasi tentang latar belakang keberadaan Paket Bom Buku yang menyasar Ulil, ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menilai kepolisian dinilai tak menangani ancaman bom sesuai dengan prosedur tetap atau protap. Bahkan, penanganan bom yang disimpan di dalam buku yang dipaketkan tersebut dikatakan sembrono. "Pertama, bom itu disiram air. Selain itu, petugas menjinakkan bom tersebut dengan tangan kosong. Bahkan, terhadap barang bukti kejahatan biasa pun, polisi harus menggunakan sarung tangan. Jika tidak, hal ini bisa berpotensi merusak barang bukti. Sidik jari pada barang bukti itu pun bisa hilang," ungkap Neta S Pane - Kompas.com, Selasa(15/3/2011).
Neta juga mengkritisi lambannya tim Gegana dalam merespon laporan masyarakat atas kiriman bom tersebut. Akibat lambatnya respon tim Gegana, Kasat Reskrim Jakarta Timur Komisaris Dody Rachmawan berinisiatif menjinakkan bom tanpa dilengkapi perlengkapan yang memadai. "Dalam protap, tim Gegana seharusnya tiba di lokasi beberapa menit setelah adanya laporan dari masyarakat. Nyatanya, wartawan datang lebih dahulu daripada Gegana" katanya.
Twitter: @rofiq70
FB: arofiq aja
Detik-detik Ledakan Paket Bom Buku di Utan Kayu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H