Mohon tunggu...
Arofiq Rofiq
Arofiq Rofiq Mohon Tunggu... profesional -

Nama lengkap arofiq biasa dipanggil rofiq, kenapa di kompasiana Username URL-nya menggunakan inisial rofiq70, ya karena sudah terlanjur dan sekedar memberi tanda lahir di tahun 1970, maksudnya biar nggak bandel lagi karena umurnya udah semakin tua……hehehe. Pernah menjadi wartawan majalah remaja dan mode 15 tahun yang lalu. Sekarang berkiprah di dunia per-konsultan-an bidang manajeman, komunikasi perusahaan, media sosial, etc…….

Selanjutnya

Tutup

Politik

Matriks Parpol dan Menunggu Reshuffle Copy Paste yang Hampir Rampung (Part 1)

7 Maret 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:00 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menelisik sebuah fenomena Politik tidak afdhol kiranya kalau kita tidak mengungkap Matriks Partai Politik kekinian. Pada tahun 70-an sampai akhir tahun 90-an atau awal era reformasi, masih banyak pengamat politik yang mengkategorisasikan partai-partai Politik yang berdiri pada awal era reformasi dengan berlandaskan pada buku yang sangat termasyur, yaitu dengan judul: Abangan, Santri, Priyayi dalam masyarakat Jawa karya Clifford Gerts. Buku ini merupakan terjemahan dari judul asli: the Religion of Java, sebagai karya tulis yang berdasarkan pengkajian dan pemikiran dari hasil studi komprehensif mengenai suatu kehidupan sosial, politik dan keagamaan orang Jawa.

Berbagai aliran dan variasi perbedaan, serta serangkaian harmoni dan kesamaannya, tercakup dalam studi the Religion of Java ini. Maka tidak heran apabila buku ini merupakan pintu gerbang penelitian antropologi, sosial sampai politik terutama di Jawa, yang harus di baca terlebih dahulu apabila ingin memperdalam tentang hubungan antara Abangan, Santri dan Priyayi. Meski banyak pro kontra dalam menanggapi buku ini, khususnya ketika membahas tentang abangan, santri dan priyayi, tetapi para peneliti sepakat bahwa Cliffort Geertz telah berjasa besar dalam mengurai, menganalisis, serta memberi fundamen yang kuat bagi sebuah penelitan lebih lanjut, khusunya dalam bidang antropologi, sosial dan politik.

Sebelum membahas tentang Matriks Partai Politik (Parpol) kekinian, saya kemukakan sedikit poin pembahasan dari salah seorang Indonesianis - merujuk kepada tokoh yang umumnya berkewarganegaraan asing yang memiliki ketertarikan, melakukan kegiatan penelitian atas kebudayaan, politik dan kehidupan sosial di Indonesia, atau terhadap Indonesia secara umum (Wikipedia), yaitu: Clifford Gerts. Masyarakat Jawa oleh Gerts dikategarosasikan ke dalam tiga golongan, yakni santri, abangan, dan priyayi.

Pertama, kelompok santri digunakan untuk mengacu pada orang muslim yang mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, umumnya mereka menghuni di kota-kota sepanjang pantai utara Jawa. Kedua, kelompok abangan merupakan golongan penduduk jawa yang secara formal memeluk agama Islam, namun prakteknya dalam keseharian mereka lebih sinkretis apabila dibandingkan dengan kelompok santri yang ortodoks. Kelompok abangan ini cenderung mengikuti kepercayaan adat yang didalamnya mengandung unsur tradisi Hindu, Budha, dan Animisme. Sementara ketiga, yaitu kelompok priyayi yang digunakan sebagai istilah orang yang memiliki tingkat sosial yang lebih tinggi atau sering disebut kaum bangsawan.

Dalam pendekatan untuk menganalisis Partai Politik, banyak pengamat politik yang masih mempergunakan dikotomi Partai Islam dan Partai Nasionalis untuk mengelompokkan sebuah Partai. Pendekatan ini tidak semuanya salah, hanya kini ada sebuah matriks yang mungkin lebih presisi menggambarkan partai-partai yang ada di era reformasi ini. Pada pemilu yang terakhir pada 2009, hanya tersisa 9 (Sembilan) Partai Politik yang ada di Parlemen, yaitu: PD, Golkar, PDIP, PKS, PAN, PKB, PPP, Gerindra dan Hanura.

Saya menggunakan dua variable, yaitu: Tradisional dan Modern, serta Eksklusif dan Inklusif. Pendekatan yang saya kemukakan ini sama sekali tidak mengandung unsur baik dan buruk, karena masing-masing kategori mempunyai keunggulan atau kekurangannya. Parpol tradisional mempunyai ciri khas, yaitu: tergantung pada Figur, bercirikan Ideologis dan Eksklusif. Sementara Parpol modern mempunyai ciri khas, yaitu: sebagai partai kader yang tidak tergantung pada seorang Figur, non-Ideologis dan Inklusif.

Penggambaran matriks Partai Politik ini lebih untuk meneropong prospek perkembangan ke depan dari sebuah partai politik . Artinya semakin partai itu modern dan inklusif (demokratis dan menerima perbedaan), maka prospek perkembangan ke depannya akan semakin menjanjikan serta mempunyai daya survival yang tinggi. Nanti pada seri berikutnya, penulis akan menggambarkan satu persatu partai politik berdasar posisi sekarang di dalam matriks Partai Politik era Reformasi.

Sebagai update terakhir masalah reshuffle kabinet, menyambung postingan saya sebelumnya dengan judul Sistem Presidensial Setengah Hati dan Reshuffle Kabinet Copy Paste , maka kini titik terang itu sudah mulai nampak. Lewat sebuah rapat marathon di Istana Cipanas, Pak Beye memberikan sinyal-sinyal yang makin terang. Mengingat harapan dan peluang Presiden SBY untuk menggandeng PDIP masuk dalam koalisi makin tipis, maka Partai Pohon Beringin yang sedianya mau di depak keluar koalisi kemungkinan besar mau direvisi.

Tinggalah PKS yang secara bargaining position-nya relatitif lemah dihadapan Pak Beye, maka kemungkinan besar akan di depak ke luar arena koalisi. Untuk menggantikan posisi PKS dalam koalisi, satu partai menengah - Gerindra sudah siap untuk menggantikannya. Itulah update terakhir dari proyek Reshuffle Copy Paste yang sudah hampir rampung dan tuntas.

Twitter: @rofiq70

FB: arofiq aja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun