Mohon tunggu...
Arofiq Rofiq
Arofiq Rofiq Mohon Tunggu... profesional -

Nama lengkap arofiq biasa dipanggil rofiq, kenapa di kompasiana Username URL-nya menggunakan inisial rofiq70, ya karena sudah terlanjur dan sekedar memberi tanda lahir di tahun 1970, maksudnya biar nggak bandel lagi karena umurnya udah semakin tua……hehehe. Pernah menjadi wartawan majalah remaja dan mode 15 tahun yang lalu. Sekarang berkiprah di dunia per-konsultan-an bidang manajeman, komunikasi perusahaan, media sosial, etc…….

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasib Kabinet Bayangan PDIP Bukan Sekedar Bayang-bayang?

1 Maret 2014   12:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:21 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Jum’at keramat kemarin terjadi sebuah kejutan, namun kejutan itu datangnya bukan dari markas KPK di Kuningan yang biasa menahan para tersangkanya pada hari Jum’at. Namun surprise itu datangnya dari markas partai moncong putih yang dilontarkan oleh politisi PDIP Hendrawan Supratikno, Jumat 28 Februari 2014, tentang kabinet bayangan. Pelontaran ide kabinet bayangan ini adalah sangat wajar mengingat dalam berbagai survey dua partai besar yaitu: PDIP dan Golkar selalu memuncaki peringkat Pemilu 2014.

Namun penulis mencermati tiga hal yang membuat ide Kabinet Bayangan ini menjadi kurang pas, yaitu: Pertama, ibarat sebuah rangkaian kereta api, kabinet bayangan adalah gerbong dan capres adalah lokomotifnya. Banyak kalangan sangat menunggu deklarasi Capres dari PDIP untuk bisa bertarung dalam Pilpres 2014. Sampai kini meskipun sudah mengerucut pada dua nama yaitu Megawati atau Jokowi, namun sampai kini publik masih berharap-harap cemas terhadap Capres PDIP. Polemik tentang pencalonan Megawati atau Jokowi sebagai Capres PDIP sudah dikupas tuntas oleh semua media, termasuk tentu saja dalam ajang blog kompasiana ini. Maka deklarasi kabinet bayangan ini menjadi kurang pas karena sudah mengumumkan gerbongnya namun lokomotif yang ditunggu-tunggu malah diumpetin dan disimpan rapat-rapat.

Kedua, kritikan pada kabinet bayangan PDIP ini datang nya dari inisiator relawan dan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Pro Joko Widodo (ProJo), Fahmi Habsyi: "Kabinet bayangan semestinya muncul ketika pasti menang pileg karena itu yang akan ditawarkan menjelang pilpres. Kabinet kedepan 70 persen teknokrat dan 30 persen politisi. Agar tidak seperti sekarang, SBY pasti pusing karena menteri-menteri dari parpol sudah tidak fokus dan menjalankan perintahnya," ujar Fahmi, Jumat (28/2/2014-Tribunnews.com). Artinya bahwa cuplikan susunan Kabinet Bayangan yang muncul ini ibarat jeruk makan jeruk atau pagar makan tanaman, mengingat PDIP selama ini melontarkan bahwa kabinet harus didominasi oleh para profesional teknokrat dibandingkan para politisi. Namun ketika melontarkan nama-nama dalam kabinet bayangan, mengapa mayoritas yang keluar adalah kader partai yang notabene sebagai politisi.

Ketiga, sindiran dari beberapa media yang terekam dari berbagai artikel nya terkesan PDIP sudah sangat ngebet untuk berkuasa kembali, setelah sepuluh tahun berpuasa di luar pemerintahan menjadi oposisi. Idealnya kabinet bayangan biasanya muncul setelah Pemilu menjelang Pilpres. Artinya meskipun PDIP lewat berbagai survey sudah diunggulkan dalam Pemilu namun, waktu satu bulan ini semua kemungkinan masih bisa terjadi, dan belum tentu PDIP bisa keluar sebagai jawara dalam Pemilu 2014. Apalagi banyak pengamat politik mengungkapkan bahwa satu-satunya yang bisa mendongkrak suara PDIP secara signifikan adalah deklarasi Jokowi menjadi Capres dari PDIP, bukan deklarasi sebuah kabinet bayangan.

Itulah tiga hal yang menjadikan pengumuman kabinet bayangan PDIP kurang mendapat gaung yang besar, baik di media maupun di masyarakat luas. Artinya lontaran kabinet dari partai moncong putih ini tidak pada momen yang tepat, karena publik sekali lagi butuh kepastian tentang Capres dari PDIP atau sebuah lokomitif yang bisa menarik gerbong suara PDIP, bukan sekedar kabinet bayangan yang diibaratkan sebagai sekedar gerbong yang tanpa power. Sekali lagi jangan sampai nasib kabinet bayangan PDIP bukan sekedar menjadi bayang-bayang pelangi, yang indah dilihat tapi tidak bisa diraih.

Sumber: Tribunnews.com dan Vivanews.com

FB: Arofiq Aja

Twitter: @rofiq70

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun