Mohon tunggu...
Arofiq Rofiq
Arofiq Rofiq Mohon Tunggu... profesional -

Nama lengkap arofiq biasa dipanggil rofiq, kenapa di kompasiana Username URL-nya menggunakan inisial rofiq70, ya karena sudah terlanjur dan sekedar memberi tanda lahir di tahun 1970, maksudnya biar nggak bandel lagi karena umurnya udah semakin tua……hehehe. Pernah menjadi wartawan majalah remaja dan mode 15 tahun yang lalu. Sekarang berkiprah di dunia per-konsultan-an bidang manajeman, komunikasi perusahaan, media sosial, etc…….

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bagai Premier League, Pilpres Serba Tak Pasti?

29 April 2014   15:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buah dari perolehan suara Pemilu 9 April 2014 dimana tidak ada Partai Politik (Parpol) yang menang secara mayoritas, dari hasil Perhitungan Cepat semua dibawah 20 persen. Maka potensi untuk membangun koalisi antar Parpol sangat cair, begitupun paket Capres dan Cawapres yang akan diajukan Parpol untuk bertarung dalam Pilpres pun belum ada yang pasti. Sepertinya masing-masing partai akan saling mengunci untuk tidak buru-buru memastikan koalisi, disamping menunggu kepastian hasil rekapitulasi, mereka juga akan melihat perkembangan politik kekinian.

Menjelang tenggat waktu Pilpres yang kian dekat, ada paling tidak tiga ketidakpastian yang sampai kini belum bisa mengerucut dalam sebuah pola kepastian. Pertama, ketidakpastian poros koalisi, selama ini kita mengenal tiga poros kekuatan, yaitu: Jokowi, Prabowo dan Ical. Masing-masing poros kekuatan ini diharapkan bisa menarik partai-partai tengah, yakni: empat partai Islam: PAN, PKB, PPP dan PKS serta dua partai nasionalis: Nasdem dan Hanura. Sementara Pantai Demokrat masih belum jelas apakah hanya sebagai follower koalisi atau malah akan memimpin sebagai kekuatan poros baru. Sampai kini yang sudah sedikit menemukan titik terang baru partai Moncong Putih dengan adanya komitmen dengan partai Nasdem, meskipun paket Cawapres yang akan mendampingi Jokowi juga belum pasti.

Perkiraan bahwa partai-partai tengah itu dengan gampang langsung bisa memilih tiga poros yang sudah tersedia ternyata tidak terjadi. Partai-partai tengah masih menahan diri untuk bisa memilih salah satu poros, guna meningkatkan bargaining position. Dan munculnya poros alternatif yang kemungkinan akan dipimpin oleh Partai Demokrat juga bisa merubah konstelasi politik yang selama ini kita kenal yaitu antara Poros Jokowi berhadapan dengan Poros Prabowo. Karena sampai kini kepastian perolehan “boarding pass” Pilpres belum diperoleh terutama oleh poros Prabowo maupun Poros Ical.

Kedua, ketidakpastian Capres dan Cawapres yang akan diusung masing-masing poros kekuatan. Sampai kini dua Capres (Jokowi dan Prabowo) yang paling populer pun belum menentukan pasangan Cawapresnya. Racikan paket pasangan Cawapres yang ciamik dipercaya bisa mendongkrak elektabilitas masing-masing kandidat Capres. Begitupun sebaliknya kesalahan dalam memilih racikan pasangan Cawapres bisa membawa malapetaka terhadap tingkat elektabilitas pasangan sehingga bisa berujung pada kekalahan. Karena begitu pentingnya penentuan pasangan Cawapres, maka masing-masing poros koalisi pun masih belum mampu memunculkan paket Capres dan Cawapresnya. Kalkulasi kekuatan anggota partai politik koalisi serta elektabilitas masing-masing paket kandidat menjadi pertimbangan utama. Dan ada kecenderungan bahwa deklarasi pasangan Capres dan Cawapres menjelang tenggat waktu jadwal pendaftaran pasangan Capres dan Cawapresdari Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pada tanggal 18 sampai 20 Mei 2014.

Ketiga, konsekuensi dari ketidakpastian poros koalisi serta paket Capres dan Cawapres maka hasil Pilpres sangat sulit untuk ditebak. Selama ini survei yang dilakukan adalah adaya persaingan yang sengit antara Jokowi dengan Prabowo, dengan hasil terakhir Jokowi masih memimpin hasil survei. Namun perolehan Pemilu kemarin dimana partai Moncong Putih tidak bisa menang tebal, karena melempemnya Jokowi Effect membawa konsekuensi bahwa keunggulan Jokowi dalam beberapa survei menjelang Pemilu diragukan kredibilatasnya.

Artinya disamping keampuhan Jokowi Effect mulai disangsikan, rencana koalisi PDIP dan racikan pendamping Jokowi sebagai Cawapres juga sangat menentukan untuk dapat mengangkat elektabilitas Capres dan Cawapres dari koalisi partai Moncong Putih ini. Disamping itu komposisi koalisi calon lawan dan pilihan pendamping Prabowo sebagai Cawapres juga bisa mempengaruhi hasil Pilpres. Intinya semuanya masih serba tidak pasti.

Ketidakpastian sebagai calon pemenang dalam kontestasi Pilpres ini bagaikan dalam persaingan Premier League, sampai minggu ke-36 dimana tinggal menyisakan 2 laga pertandingan, belum ada kepastian siapa yang keluar sebagai jawaranya, Apakah Liverpool,Manchester City atauChelsea? Begitupun dalam Pilpres semakin mendekati hari H (tanggal 9 Juli 2014), maka koalisi malah makin cair serta racikan paket Capres dan Cawapres pun makin tidak pasti, sehingga siapa yang akan unggul dalam Pilpres pun makin menyisakan teka-teki. Namun sama-sama sebagai penonton setia, sepertinya suguhan dua laga terakhir dalam Premier League kelihatannya lebih menarik dibandingkan suguhan berbagai akrobatik para politikus yang makin membosankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun