Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patukung, Atraksi Tinju Tradisional Masyarakat Kodi yang Hidup Kembali

5 September 2019   20:33 Diperbarui: 6 September 2019   18:58 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patukung, foto: rofinus d kaleka

Sejujurnya saya tidak menyangka, hari Rabu siang, 3 Agustus 2019, seorang unior bernama Milla Ate, yang sudah cukup lama tidak pernah lagi mengontak melalui telepon seluler, mengajak saya untuk pergi menonton Patukung. Atraksi tradisional ini sudah bertahun-tahun lamanya tidak digelar lagi oleh masyarakat sehingga menjadi iven yang sangat langka.

Ajakan Milla Ate ini, saya sambut dengan senang hati. Sore hari rabu itu, sekitar pukul 16.00 Wita, bertemulah kami di arena Patukung di Desa Pero Batang, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Saat kami tiba, atraksi Patukung sudah dimulai. Arena Patukung dipadati oleh ratusan warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang mengambil posisi melingkar.

Di dalam lingkaran dalam arena Patukung tampak juga Bupati Sumba Barat Daya terpilih, dr Kornelius Kodi Mete, yang akan dilantik oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur di Kupang pada 8 September 2019 mendatang.  Tampak pula Camat Kodi, Dominggus Dedi Kaka dan Kapolsek Kodi, Bernardus Bili Kandi. Para tokoh ini sedang asyik nonton Patukung.

Patukung, foto: rofinus d kaleka
Patukung, foto: rofinus d kaleka
Apa itu Patukung

Pertanyaannya adalah apa itu Patukung. Patukung, bahasa ibu masyarakat suku Kodi, adalah suatu atraksi tinju tradisional masyarakat Kodi yang dimainkan oleh kaum laki-laki yang sudah dewasa. Mereka terbagi dalam dua kelompok dan dipasang pembatas tali, biasanya tali hutan.

Setiap pemainnya, salah satu tangannya memegang tali dan tangan yang satu lagi dikepalkan untuk menghantam atau meninju lawannya. Tangan yang digunakan untuk meninju lawan tidak boleh memegang barang berbahaya seperti batu, kayu dan paku. Kepalan tangan mereka hanya dibolehkan untuk diikat dengan seutas kain tipis supaya rapat dan bisa kencang.

Dalam aktraksi tinju ini tidak dibatasi jumlah pemainnya. Artinya, salah satu kelompok boleh lebih jumlahnya. Di samping itu, juga tidak ada larangan untuk meninju bagian badan tertentu. Sebisanya saja.

Wasitnya informal, yaitu tokoh masyarakat yang menyelenggarakan atraksi tersebut. Atraksi ini bersifat hiburan murni dan tidak ada yang diperebutkan. Oleh karena itu setelah atraksi berakhir antara kedua kelompok tadi didamaikan, saling jabat tangan dan cium hidung. Supaya tidak ada dendam.

Mengapa Ada Patukung?

Mengapa ada Patukung? Patukung adalah atraksi hiburan rakyat sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam iven atau hajatan Pesta Adat yang disebut Woleka. Artinya, Patukung tidak ada setiap waktu atau tidak digelar sembarangan kapan saja.

Atraksi hiburan lain dalam iven pesta Woleka adalah tari-tarian setiap malam di pelataran Kampung Adat yang diiringi oleh gema bunyi tambur, beduk dan gong. Hiburan ini juga dipadati oleh penonton dari warga masyarakat sekitar.

Woleka adalah pesta adat tradisional yang dilaksanakan oleh masyarakat Kodi dalam satu komunitas adat untuk menyampaikan ucapan syukur kepada Marapu, para leluhur dan Sang Pencipta mereka yang dikenal sebagai Mawolo Marawi. Ujud syukuran dalam pesta Woleka beraneka macam, seperti sukses panen dan sukses memelihara ternak. Waktu pelaksanaannya selepas panen atau musim kemarau.

Pada hari puncak pesta Woleka dilaksanakan penyembelihan kerbau. Minimal satu ekor untuk setiap Kepala Keluarga dalam satu komunitas Kampung Adat. Daging kerbau ini dibagikan kepada undangan mereka masing-masing.

Atraksi Patukung yang kami nonton ini dilaksanakan oleh warga Kampung Adat Toda yang sedang menyongsong Pesta Woleka.

Patukung, foto: rofinus d kaleka
Patukung, foto: rofinus d kaleka
Memberi Apresiasi Positif

Saya dan Milla Ate yang sempat menonton tinju tradisional itu memberi apresiasi positif kepada warga Toda.

Sebab mereka telah menghidupkan kembali aktrasi tradisional yang telah lama tidak digelar lagi. Artinya mereka telah mempunyai andil berharga dari sisi pelesatarian tradisi Kodi yang menarik untuk ditonton.

Disamping itu, tradisi tersebut sangat bernilai untuk mendukung fakta Pulau Sumba sebagai destinasi wisata berkelas dunia.

Tambolaka, 5 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun