Sejujurnya saya tidak menyangka, hari Rabu siang, 3 Agustus 2019, seorang unior bernama Milla Ate, yang sudah cukup lama tidak pernah lagi mengontak melalui telepon seluler, mengajak saya untuk pergi menonton Patukung. Atraksi tradisional ini sudah bertahun-tahun lamanya tidak digelar lagi oleh masyarakat sehingga menjadi iven yang sangat langka.
Ajakan Milla Ate ini, saya sambut dengan senang hati. Sore hari rabu itu, sekitar pukul 16.00 Wita, bertemulah kami di arena Patukung di Desa Pero Batang, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya.
Saat kami tiba, atraksi Patukung sudah dimulai. Arena Patukung dipadati oleh ratusan warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang mengambil posisi melingkar.
Di dalam lingkaran dalam arena Patukung tampak juga Bupati Sumba Barat Daya terpilih, dr Kornelius Kodi Mete, yang akan dilantik oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur di Kupang pada 8 September 2019 mendatang. Â Tampak pula Camat Kodi, Dominggus Dedi Kaka dan Kapolsek Kodi, Bernardus Bili Kandi. Para tokoh ini sedang asyik nonton Patukung.
Pertanyaannya adalah apa itu Patukung. Patukung, bahasa ibu masyarakat suku Kodi, adalah suatu atraksi tinju tradisional masyarakat Kodi yang dimainkan oleh kaum laki-laki yang sudah dewasa. Mereka terbagi dalam dua kelompok dan dipasang pembatas tali, biasanya tali hutan.
Setiap pemainnya, salah satu tangannya memegang tali dan tangan yang satu lagi dikepalkan untuk menghantam atau meninju lawannya. Tangan yang digunakan untuk meninju lawan tidak boleh memegang barang berbahaya seperti batu, kayu dan paku. Kepalan tangan mereka hanya dibolehkan untuk diikat dengan seutas kain tipis supaya rapat dan bisa kencang.
Dalam aktraksi tinju ini tidak dibatasi jumlah pemainnya. Artinya, salah satu kelompok boleh lebih jumlahnya. Di samping itu, juga tidak ada larangan untuk meninju bagian badan tertentu. Sebisanya saja.
Wasitnya informal, yaitu tokoh masyarakat yang menyelenggarakan atraksi tersebut. Atraksi ini bersifat hiburan murni dan tidak ada yang diperebutkan. Oleh karena itu setelah atraksi berakhir antara kedua kelompok tadi didamaikan, saling jabat tangan dan cium hidung. Supaya tidak ada dendam.
Mengapa Ada Patukung?
Mengapa ada Patukung? Patukung adalah atraksi hiburan rakyat sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam iven atau hajatan Pesta Adat yang disebut Woleka. Artinya, Patukung tidak ada setiap waktu atau tidak digelar sembarangan kapan saja.