Minggu sore, 11 Agustus 2019, saya diajak oleh Drs. Ndara Tanggu Kaha, Wakil Bupati Sumba Barat Daya, untuk  menyambangi para petani kopi di Desa Kadi Roma, Kecamatan Wewewa Tengah. Sekitar satu jam perjalanan kami sudah mendaki ke arah rumah produksi kopi yang terletak di atas bukit, di sisi kanan kampung Kepala Desa Kadi Roma.
Di emper rumah Kepala Desa tersebut, sudah menunggu beberapa petani kopi. Kami saling menyapa dengan penuh kekeluargaan.
Di tempat ini, Ndara Tanggu mengisahkan hasil perjalanannya dari Jakarta dan Yogyakarta, ketika berkonsultasi dengan staf khusus Menteri Pertanian Republik Indonesia, beberapa Direktur di Kementerian Pertanian, Kapus Balitbangtan di Bogor, Kepala Balitbangtan Yogyakarta, mengunjungi Embung Agrowisata Nglanggeran, peternak ayam KUB dan kambing etawa di Kabupaten Gunung Kidul, LIPI Yogyakarta, Pusat Produksi Kopi Kulon Progo di puncak Suroloyo, dan pengembangan bunga Krisan di Kulon Progo.
"Untuk bapak dan ibu ikuti, saya baru saja pulang dari Kulon Progo. Di sana, luas areal kopi hanya 700 hektar dan yang berproduksi baru sekitar 300 hektar. Tapi namanya sudah harum di mana-mana," tutur Wakil Bupati yang sangat bersahaja dan kebapakan ini.
Lanjut Ndara Tanggu, "luas tanaman kopi kita jauh lebih tinggi sekitar 5000-an hektar. Berkat pendampingan LIPI, kita sudah mulai memproduksi kopi jadi dengan trade merk Aroma Kopi Sumba. Mutunya sudah tercatat sebagai yang terenak se-Indonesia. Namun namanya belum terkenal. Produksinya rendah. Ini merupakan masalah besar dalam rangka keberlanjutan produksi."
"Berdasarkan hasil kunjungan kami di Pusat Balitbangtan Bogor dan Pusat Produksi Kopi di puncak Suroloyo, produksi kopi bisa meningkat karena dilakukan peremajaan. Oleh karena itu saya ajak bapak dan ibu sekalian untuk segera melakukan peremajaan kopi kita. Juga menebang pohon-pohon yang tidak perlu. Bisa tidak bapak dan ibu?" ungkap Ndara Tanggu dalam nada tanya ajakan.
"Jangan takut kehilangan pendapatan untuk sementara bapak dan ibu. Bisa dilakukan peremajaan selektif. Yang masih berproduksi terus dirawat dan yang tidak berproduksi lagi harus dipotong atau dibongkar untuk ditanami bibit baru. Disamping itu, kami akan berusaha untuk membantu melalui program pengembangan ayam KUB, sebagai sumber pendapatan lainnya," jelas Ndara Tanggu memberi motivasi.
"Jika bapak dan ibu sungguh-sungguh mengikuti program peremajaan kopi ini, maka kita akan menjadikan tempat ini sebagai tempat minum kopi para wisatawan, semacam agrowisata di puncak Suroloyo Kulon Progo," kata Ndara Tanggu optimis.
Dari respon dan rauh wajah para petani tersebut, tampak jelas mereka sangat antusias menyambut rencana peremajaan kopi yang disampaikan Ndara Tanggu.