Cuaca Kota Tambolaka, ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya, Â Senin siang hari ini, 12 Agustus 2019, cukup panas. Suatu kondisi yang sudah kami akrabi di saat musim kemarau.
Hari itu saya harus menghadiri undangan Mr Husein dan kawan-kawannya yang akan meletakkan batu pertama pembangunan Hotel di Pantai Tanjung Karoso. Hotel yang yang sudah dipastikan akan diberi nama "Cap Hotel" ini berkelas bintang lima.
Di tengah terik matahari yang bisa menyengat kulit, saya meminta tolong seorang sepupu bernama Melki untuk mengambil posisi duduk di hadapan setir lingkar. Meski segera memacu kendaraan melalui ruas jalan pantai utara yang masih mulus.Â
Melaju cukup kencang. Hembusan angin pesisir meneduhkan pikiran dan  jiwa. Apalagi pemandangan laut biru yang elok di sepanjang sisi kanan jalan sangat menggoda sehingga membuat saya tetap terjaga.
Sementara acara seremoni berlangsung, mulai dari sapaan-sapaan, sambutan-sambutan sampai dengan prosesi adat pemotongan kerbau dan penikaman babi, saya lebih memilih untuk mengamati dan menikmati pesona Pantai Tanjung Karoso.Â
Jujur, saya baru kali ketiga ke sana. Pertama waktu SD. Kedua beberapa tahun lalu. Namun belum sempat  mengabadikannya. Karena itu kesempatan ketiga kali ini saya ingin mengabadikannya.
Lautnya berwarna biru cerah. Ombaknya cocok untuk mereka yang suka berselancar menguji dan memacu adrenalinnya.
Sepanjang punggung pantainya dipadati pohon-pohon ketapang yang besar. Pohon-pohon yang masih kokoh ini menjadi pelindung dari panas matahari dan memberikan pasokan udara segar bagi masyarakat atau pengunjung  yang sedang berada di pantai itu.
Pantai yang berada di Desa Tanjung Karoso, Kecamatan Kodi ini memang belum tampak bersih. Di sana masih berhamburan dedaunan kering dari pohon ketapang. Bahkan masih terlihat tumpukan sampah daun kering yang barusan dibakar. Suatu perilaku yang tidak terpuji. Masih perilaku non pariwisata.