Saya turun di pintu gerbangnya di depan jalan raya menuju Ragunan. Tidak sampai masuk ke dalam kompleksnya karena tidak ada kawan yang dihampiri atau dikunjungi. Saya sudah merasa senang mengamatinya dari luar pagar. Sepintas tidak ada perubahan. Masih seperti dulu. Kecuali lingkungannya yang makin hijau dan pohon-pohon di tamannya yang makin besar.
Meski hanya di depan pintu gerbang Kementan, saya sangat bersyukur karena ada sesuatu yang sangat menarik dan bermanfaat yang saya lihat di situ. Apakah itu?
Di situ tampak beberapa stand bibit hortikultura (tanaman buah dan bunga) yang dijajakan oleh para penjualnya. Tapi yang membuat saya terkagum-kagum adalah beberapa stand teknologi hidroponiknya, seperti terlihat dalam gambar yang saya sertakan dalam artikel ini.
Pada hidroponik tersebut tanaman yang ditanam adalah sayur putih atau fitsai. Media tanamnya adalah paralon yang dilubangi dan dialiri air bersih yang terus berputar dengan bantuan mesin pompa air kecil. Benih sayur ditumbuhkan menjadi bibit sayur di atas spon atau busa kecil dalam mangkuk plastik. Kemudian bibit sayur dalam mangkuk plastik diletakkan dalam lubang paralon yang dialiri air.
Menurut Bang Didi, warga setempat yang saya temuai saat mengamati hidroponik tersebut, tanaman sayur putih tersebut akan dipanen untuk dijadikan sayur saat berusia dua minggu.Â
"Kok cepat sekali. Apa ada pupuk yang digunakan?" tanya saya kepada Bang Didi.
"Kayaknya tidak. Hanya air putih saya yang saya lihat," jawabnya.
*****
Teknologi hidroponik tersebut sungguh bisa menjadi inspirasi yang bermanfaat bagi kita. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan, yang pekarangannya terbatas namun memerlukan lingkungan yang indah dan hijau.
Dengan teknologi hidroponik tersebut, lingkungan halaman rumah kita  bisa indah dan hijau dengan tanaman sayur. Bisa juga tanaman tomat atau terong dan lain-lain.Â