Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fungsi Babi Secara Sosial Budaya Orang Sumba

8 Juli 2019   21:08 Diperbarui: 8 Juli 2019   21:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Babi Bertaring, Babi Sendiri, Foto rofinusdk

(Artikel ini sungguh-sungguh tidak punya tendensi lain-lain. Hanya berbagi ceritera saja. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam, saya menyampaikan permohonan maaf kepada sahabat-sahabat Kompasiana atau khalayak umum jika merasa tidak berkenan.)

Bagi orang Sumba memelihara babi (wawi) sudah menjadi kewajiban sosial yang mendarah daging sejarah nenek-moyang mereka. Setiap rumah tangga, baik di kota maupun desa, pasti memiliki babi, minimal satu atau dua ekor. Kecuali saudara-saudari yang muslim saja yang tidak memelihara babi.

Suatu lelucon yang tidak lucu, jika ada rumah tangga yang tidak memiliki babi. Tapi jika sampai ada rumah tangga yang tidak memiliki seekor babi sama sekali, maka itu isyarat kuat bahwa mereka adalah keluarga yang sangat ringkih, tidak berdaya secara ekonomi. Maksudnya, mereka tidak mempunyai sumber bahan makanan yang cukup untuk memelihara babi. Tidak punya stok ubi kayu dan jagung yang cukup karena ladang atau kebun mereka tidak luas.

Orang Sumba wajib memelihara babi, bukan hanya alasan sepeleh, karena mereka suka makan daging babi. Tapi alasannya sangat mendasar, karena babi mempunyai fungsi sosial budaya dalam masyarakat Sumba.

Mengenai hal ini sangat erat kaitannya dengan acara-acara adat. Diantaranya adalah perkawinan adat, pesta adat dan upacara sembahyang adat, serta hubungan persahabatan. 

Seperti apakah fungsi sosial budaya babi bagi orang Sumba itu? Tulisan ini akan coba berusaha menyajikannya.

Perkawinan Adat
Dalam proses perkawinan adat orang Sumba, babi adalah salah satu ternak yang sangat penting dan dibutuhkan. Tidak bisa tidak babi harus ada. Hal ini sudah dimulai sejak proses persiapan sampai dengan puncak acara perkawinan adat yaitu pembelisan.

Pihak yang lebih banyak mempersiapkan babi adalah orang tua calon pengantin perempuan. Saat lamaran, ketika kedua belah pihak sudah sepakat untuk meresmikan hubungan putra dan putri mereka, maka orang tua calon pengantin perempuan harus menikam atau menyembelih babi untuk orang tua calon pengantin laki-laki. Juga menyertakan kain panjang dan sarung tenun masing-masing 1 lembar. Setelah itu pihak calon pengantin laki-laki membelah babi yang sudah dibakar. Sebagian daging dijadikan lauk untuk makan bersama dan sebagian lagi dibawa pulang oleh pihak calon pengantin laki-laki.

Setelah atau bisa juga sebelum makan bersama, orang tua calon pengantin perempuan mengeluarkan lagi satu ekor babi, bisa disembelih dan bisa juga tidak, beserta kain panjang dan sarung tenun masing-masing 1 lembar, kemudian diserahkan kepada orang tua calon pengantin laki-laki, untuk membicarakan mengenai jumlah belis dan jadwal pembelisan.

Pada saat pembelisan orang tua calon pengantin perempuan harus menyiapkan minimal 2 ekor babi besar yang sudah bertaring. Yang 1 ekor untuk disembelih yang disebut wawi mati dan 1 ekor lagi untuk dibawa pulang oleh orang tua calon pengantin laki-laki yang disebut wawi mopir. Sedangkan untuk kebutuhan lauk-pauk saat makan bersama, harus mempersiapkan sekitar 2 ekor babi sedang.

Pihak orang tua calon pengantin laki-laki juga membutuhkan babi. Terutama saat kumpul keluarga untuk arisan hewan berupa kuda dan kerbau. Dalam arisan ini wajib ada daging babi mentah yang dibagikan untuk keluarga peserta arisan.  Jika banyak keluarga, maka babi yang dibutuhkan bisa lebih dari 1 ekor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun