Cuaca pagi nan cerah dengan suhu udara yang cukup panas hari ini, Sabtu 6 Juli 2019, mengiringi perjalanan kami untuk melakukan peliputan berkaitan dengan masalah kekeringan dan dampaknya terhadap tanaman pangan masyarakat tani. Sasaran yang kami tuju untuk digempur adalah wilayah Kecamatan Kodi Utara dengan lokus di Desa Hameli Ate.
Ketika tiba di Desa Mangganipi, empat orang wartawan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bertugas di Kabupaten Sumba Barat Daya, yaitu Petrus Piter (Harian Pos Kupang), Fransiskus X Bala Keban (Harian Victory News), Edy Beren (Harian Timor Express) dan Mindo Soares (TVRI NTT), mengajak saya untuk mampir  di rumah seorang petani sukses yang bernama Agustinus Wakur Kaka.
Sepanjang sisi kanan dan kiri jalan di desa Hameli Ate, tampaklah pemandangan yang sangat memprihatinkan. Berpuluh-puluh hektar tanaman jagung musim tanam kedua, mengalami kekeringan. "Kalau sudah seperti ini pasti gagal panen," tutur Agustinus.
"Apakah kondisi ini akan membawa dampak krisis pangan terhadap masyarakat," tanya kami.
Menurut Agustinus, secara umum tidak menyebabkan krisis pangan dalam waktu dekat, karena tanaman padi dan jagung pada musim tanam pertama berhasil. "Tapi yang jelas pendapatan petani tahun ini menurun drastis sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan mereka," ungkapnya.
Setelah tuntas memantau kondisi kekeringan di Hameli Ate, kami kembali ke rumah Agustinus. Di sini kami ramah tamah bersama dengan keluarga Agustinus. Hampir menjelang sore kami harus pamit, karena empat wartawan sahabat saya harus disiplin menaati waktu dead line di media massa mereka.
"Kami harap jangan kapok mampir lagi di pondok kami," pesan Agustinus ketika kami hendak beranjak.
"Siap bos, kami akan datang lagi," respon kami hampir serentak. Â
Tambolaka, 6 Juli  2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H