Salah satu ternak besar yang hidup dan berkembang baik di Sumba adalah sapi. Ternak ini sudah dipelihara oleh masyarakat (orang) Sumba sejak lama. Jenis sapi yang terkenal di Sumba adalah Ongole. Sapi jenis lain yang juga berkembang di Sumba adalah Brahma.
Pertanyaannya, apakah sapi mempunyai fungsi atau manfaat sosial budaya dalam kehidupan orang Sumba? Atau adakah fungsi sosial budaya sapi sebagaimana halnya dengan ternak ayam, anjing, kambing, kuda dan kerbau dalam kehidupan orang Sumba?
Jawabannya ada. Namun fungsi sosial budayanya sangat minim di antara ternak-ternak lainnya yang dipelihara oleh orang Sumba.
Sarana Angkutan
Bagi orang Sumba umumnya, sapi termasuk ternak yang tidak mudah untuk dijinakkan. Sehingga tidak perlu heran jika sangat langka melihat ada anak-anak atau gembala di Sumba yang menunggang sapi.
Namun bagi mereka yang piawai menjinakkan sapi, dapat memanfaatkan ternak ini sebagai sarana angkutan untuk memuat jerigen-jerigen air dari mata air atau sungai.
Orang Sumba, khususnya petani, juga memanfaatkan sapi yang sudah jinak sebagai sarana untuk menarik luku, baik di ladang maupun sawah. Namun sapi tidak sama seperti kerbau yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk membajak atau meng-glebek lahan sawah (menghancurkan bongkahan tanah hasil luku menjadi lumpur).
Sekarang ini, sudah sangat jarang melihat ada petani yang menggunakan sapi untuk menarik luku. Sebab alat-alat mesin pertanian pengolahan lahan, seperti hand tractor dan traktor besar, yang sudah tersedia sampai di desa-desa.
Sarana Belis?
Pada prinsipnya, sapi tidak termasuk dalam jenis ternak yang dapat dijadikan sarana belis (mahar). Pada awalnya, nilai dan fungsi sapi bagi orang Sumba, hanya disetarakan dengan ternak "anjing". Di wilayah Kodi khususnya, mereka menyebutnya sebagai Bangga Hambole, yang kira-kira artinya yaitu anjing yang dipukul atau disembelih pada saat pesta adat penguburan orang meninggal dan proses adat-istiadat pembelisan. Dalam hal ini untuk keperluan lauk-pauk saja.
Namun sekarang ini karena nilai ekonomi sapi sudah setara dengan kerbau dan juga populasi kerbau sangat menurun dan tidak mudah diperoleh karena harganya melambung, maka sapi dapat diterima sebagai pengganti kerbau dalam urusan pembelisan.
Sekarang ini sapi juga menjadi salah satu jenis ternak berharga yang dapat dibawa dalam acara-acara pesta adat. Memang sapi tidak termasuk ternak yang dikurbankan sebagai persembahan adat, namun yang dibutuhkan adalah dagingnya sebagai oleh-oleh yang dibawa pulang oleh peserta atau undangan yang hadir dalam pesta adat.
Siapakah yang membawa sapi dalam acara pesta adat? Mereka adalah para keluarga yang mempunyai hubungan kekerabatan karena kawin-mawin dan persahabatan. Tradisi membawa ternak ini dikenal dengan sebutan Kedde atau Ngandi. Mereka yang membawa ternak ini harus diundang secara adat.