Ternak kuda bagi masyarakat Sumba, bukan sekadar memiliki fungsi perekonomian, sebagai komoditi perdagangan atau yang diperjualbelikan. Tapi kuda juga memiliki fungsinya yang sangat esensial dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Sumba.
Seperti apakah fungsi sosial budaya kuda bagi masyarakat Sumba? Marilah kita sama-sama menyimaknya.
Pertama, sebagai kendaraan angkutan. Mengenai hal ini merupakan fakta umum tempo dulu. Tapi sekarang ini sudah tinggal sedikit orang yang memanfaatkan kuda sebagai kendaraan angkutan. Waktu itu, hampir semua orang Sumba memiliki kuda tunggang dan kuda beban.
Kuda tunggang digunakan sebagai sarana transportasi ketika bepergian dengan jarak yang jauh, baik ke acara pesta adat, silaturahmi ke rumah sahabat maupun mengawasi hewan peliharaan yang digembalakan di padang. Sedangkan kuda beban, digunakan sebagai sarana transportasi untuk mengangkut barang, misalnya hasil dari kebun dan mengambil air dari mata air atau sungai.
Kedua, sarana pacuan kuda. Orang Sumba secara umum, menggemari pacuan kuda. Arena pacuan kuda sebagai ajang persahabatan, rekreasi dan popularitas, namun ada juga yang menjadikannya momentum perjudian.
Ketiga, sarana berburu dan perang. Orang Sumba dikenal juga suka berburu rusa dan babi hutan, serta gemar perang tanding. Disinilah kuda difungsikan untuk mengejar rusa dan babi hutan, serta menghalau musuh dalam medan perang tanding. Sekarang ini memang sudah jarang terdengar.
Keempat, sarana adat-istiadat. Dalam tradisi perkawinan masyarakat Sumba, kuda menjadi salah satu bagian penting dari perangkat belis (mahar) yang diberikan oleh pihak orangtua laki-laki kepada pihak orangtua perempuan.
Dalam adat-istiadat kematian, kuda juga berfungsi sebagai "barang bawaan (buah tangan)". Tradisi ini semacam kewajiban (tapi masih minimalis) yang dibawa oleh pihak anak perempuan yang sudah berkeluarga (kawin) kepada pihak orangtuanya ketika ada duka.