Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Kodi Tetap Melestarikan Tradisi Memintal Benang Kapas

24 Juni 2019   21:42 Diperbarui: 25 Juni 2019   21:17 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejalan dengan kemajuan industri benang tanah air, berbagai jenis benang hasil pemintalan alat-alat mesin pabrik telah tersedia dengan mudah di pasar. Namun demikian tidak berarti serta merta para pengrajin kain tenun telah menghentikan tradisi memintal benang kapas secara tradisional.

Para kaum perempuan di wilayah Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, khususnya di pedesaan, adalah contoh konkretnya. Sampai saat ini masih tetap melestarikan tradisi memintal benang kapas dari kebun mereka sendiri.

Benang ini sebagai bahan dasar untuk pembuatan kain panjang (hanggi) dan sarung (lowo) tenun. Kain (kamba) dari benang kapas hasil pemintalan tangan sendiri ini disebut gundu. Kain panjang namanya hanggi gundu dan sarung namanya lowo gundu.

benang6-ft-rdk-5d122cd80d823048d8303242.jpg
benang6-ft-rdk-5d122cd80d823048d8303242.jpg
Ada Dua Alasan Mendasar

Mengapa kaum perempuan atau masyarakat Kodi masih melestarikan tradisi memintal benang kapas secara tradisional? Hemat saya, ada dua alasan mendasar.

Pertama, berkaitan dengan prestise sosial. Mereka yang mengenakan atau  berbusana gundu dalam acara-acara penting, seperti pesta adat atau pasangan pengantin dalam perkawinan adat menggambarkan derajat status sosialnya tersendiri. Bukan sekadar dikagumi oleh mereka yang berbusana adat berbahan dasar benang pabrik, tapi juga mendapatkan penghormatan yang berbeda.

Dan kedua, secara ekonomi harganya mahal untuk ukuran dompet orang Sumba. Harga pasaran 1 lembar kain gundu (kamba gundu) berkisar antara 5 -- 10 juta rupiah. Sementara harga kain tenun berbahan dasar benang pabrik berkisar antara 350 -- 500 ribu rupiah. Selisihnya terpaut sangat jauh.

dokpri
dokpri
Proses Memintal Benang Kapas

            Proses membuat atau memintal benang kapas ini memang tidak gampang. Perlu ketekunan, ketelitian dan waktu yang cukup lama.

            Pertama, tanaman kapas. Beberapa bulan kemudian baru panen buah kapas yang sudah tua.

            Kedua, buah kapas yang dipanen dijemur di matahari, supaya kulit buahnya kering dan pecah. Sehingga mudah memisahkan kulit dan serat kapasnya. Ini butuh waktu beberapa hari.

Ketiga, serat kapas yang sudah terpisah dari kulitnya dijemur lagi beberapa hari supaya mudah mengeluarkan biji kapas yang terikat dalam serat kapas. Ini juga butuh waktu beberapa hari.

Keempat, mengeluarkan biji kapas dari serat kapas. Prosesnya menggunakan alat tradisional yang disebut kabira.  Kabira ini terdiri dari satu potong papan pipih yang sudah dihaluskan dan satu ruas tamian (sejenis bambu yang biasa digunakan untuk suling). Caranya yaitu serat kapas yang masih memiliki biji kapas diletakkan di atas papan pipih kemudian ditindih dengan tamian sambil diguling-guling ke arah depan. Cara ini memudahkan untuk mengeluarkan biji kapas. Ini juga membutuhkan waktu beberapa hari.

dokpri
dokpri
Kelima, serat kapas yang sudah bersih dari bijinya, dijemur lagi di sinar matahari sampai kering betul. Serat kapas kering  yang dibentangkan di atas tikar di bawah sinar matahari dikepak-kepak atau dipukul-pukul menggunakan alat tradisioal dari rotan berbentuk raket yang disebut kopoko. Tujuannya supaya serat kapas tercerai-berai dan tidak padat lagi. Ini juga butuh waktu beberapa hari.

Keenam, serat kapas tersebut dingepak atau dibentuk seperti bantalan yang digulung atau model tembakau gulung. Namanya klaba kamba. Ini juga butuh waktu beberapa hari.

Ketujuh, serat kapas yang sudah dingepak, diiris-diiris tipis menggunakan pisau di atas paha dan ditampung dalam wadah hasil ayaman. Ini juga butuh waktu beberapa hari.

Kedelapan, serat kapas yang sudah diiris-iris ini dipintal menjadi benang dengan menggunakan alat yang disebut kinja. Jika kinja yang satu sudah penuh maka pintal lagi di kinja yang baru. Ini juga butuh waktu beberapa hari.

dokpri
dokpri
Sampai di sini sesungguhnya sudah selesai proses memintal benang secara tradisional. Namun benang yang dihasilkan ini belum dapat menggambarkan ukuran kebutuhan untuk 1 lembar kain panjang atau sarung tenun.

Kesembilan, benang kapas yang ada dikinja diubah ke dalam bentuk meka (entah apa bahasa indonesianya ya?). Proses ini menggunakan alat yang disebut palole. Ini juga butuh waktu beberapa hari.

Dan kesepuluh, benang kapas dalam beberapa meka untuk ukuran 1 lembar kain gundu, diubah lagi dalam bentuk gulungan di atas batu kerikil. Sehingga gulungan-gulungan benang kapas terbentuk lebih besar sedikit dari bola kasti.

Sampai disini tuntaslah proses memintal benang kapas secara tradisional sebagaimana masih tetap dilestarikan oleh para perempuan Kodi. Kemudian bagaimana proses membentangkan benang sebagai calon kain di atas alat tenun, bagaimana proses memberi warna secara tradisional dan menenunnya, akan menjadi topik tersendiri dalam artikel berikut, tentu setelah mengumpulkan data-data yang diperlukan.

Tambolaka, 24 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun