Sosok yang sangat bersahaja ini tidak asing lagi bagi orang Sumba, khususnya di kalangan umat Katolik se-Keuskupan Waitabula di Pulau Sumba. Juga tidak asing bagi umat Katolik di Pulau Sumbawa. Karena tempo dulu masih satu Keuskupan Sumba Sumbawa. Sekarang ini umat Katolik di Sumbawa sudah berada di bawah Keuskupan Denpasar.
Pater Wagener, demikian orang Sumba menyapanya. Tapi orang Jawa menyapanya dengan nama Romo Wily. Nama lengkapnya adalah Pater Willy Wagener, CSsR.
Pastor asal Jerman ini kini sudah memasuki usia senja. Ia lahir di Essen Jerman, 26 Februari 1933. Jadi, saat ini ia sudah berusia 86 tahun. Sebagai seorang imam, Pater Wagener tidak mengenal pensiun, namun untuk urusan-urusan pastoral yang berat ia sudah menahan diri atau jarang dilibatkan lagi.
Pada tanggal 31 Maret 2019 lalu, Pater Wagener, yang sudah berkewarganegaraan Indonesia ini, Â telah genap 60 tahun menjalankan hidup imamatnya. Juga sudah mencapai setengah abad lebih, 58 tahun, karya pastoralnya di Pulau Sumba. Â
58 Tahun Hidup di Sumba
Pater Wagener tiba di Pulau Sumba sejak 30 Maret 1961. Artinya, ia sudah hidup di Sumba selama 58 tahun.
Sebelum datang ke Sumba, Willy Wagener masuk Kongregasi Redemptoris (C.Ss.R) pada 25 Maret 1954 dan ditahbiskan sebagai imam pada 31 Maret 1959. Berarti ia menjadi imam pada usia 26 tahun. Kedatangannya ke Sumba berdasarkan pengutusannya sebagai misionaris ke Indonesia pada 27 November 1960.
Setelah di Sumba, Pater Wagener memulai karya pastoralnya sebagai Pastor Paroki Waingapu di Kabupaten Sumba Timur selama 6 tahun (1961 -- 1967). Kemudian menjadi Vice Provinsial, pimpinan Kongregasi Redemptoris Indonesia yang berpusat di Pulau Sumba selama 3 tahun (1967-1970).
Dari Vice Provinsial, Pater Wagener dipercaya dan diangkat sebagai Administrator Keuskupan Sumba Sumbawa selama 5 tahun (1970 -- 1975). Waktu itu belum ada Uskup defenitif, jadi Monsingur Wagenerlah yang menjadi Uskup untuk Keuskupan Sumba-Sumbawa.
Setelah itu, posisi Mgr Wagener sebagai Administrator Keuskupan Sumba Sumbawa digantikan oleh Monsingur Hendrikus Haripranoto, Pr. Dan Pater Wagener ditugaskan sebagai Magister/Pimpinan Novisiat untuk para calon pastor di Waitabula.
Dari Waitabula Sumba, Pater Wagener ditugaskan oleh Kongregasinya ke Yogyakarta selama 15 tahun (1978 -- 1993). Di sana ia menjadi Rektor Wisma Sang Penebus Yogyakarta, tempat pembinaan para calon imam Kongregasi Redemptoris dan Projo. Ia juga merangkap tugas sebagai Pastor untuk Stasi Nandan.
Berikut, sejak 1993 sampai dengan 1996, Pater Wagener kembali bertugas sebagai Vice Provinsial Kongregasi Redemptoris Indonesia yang berpusat di Wanno Gaspar, Sumba. Dan sejak 1997 sampai sekarang, ia menetap di Waitabula sebagai rektor biara, staf rumah retret, Pastoral Care di Rumah Sakit Karitas Waitabula dan membantu karya pastoral di paroki-paroki.
Pastor Moderator KMKS
Saya sendiri mengenal Pater Wagener saat beliau berkarya di Yogyakarta. Disamping tugasnya yang berat sebagai Rektor Wisma Sang Penebus dan Pastor Stasi Nandan Yogyakarta, ia juga menjadi Pastor Moderator untuk Keluarga Mahasiswa Katolik Sumba (KMKS) Yogyakarta.
KMKS adalah paguyuban atau perkumpulan para mahasiswa/siswa/non mahasiswa asal Sumba yang beragama Katolik. KMKS ini difasilitasi dengan sarana gedung/aula pertemuan oleh Keuskupan Waitabula, yang beralamat di Pringwulung Yogyakarta.
Paguyuban tersebut adalah sarana bagi para mahasiswa/siswa untuk belajar berorganisasi, berdiskusi yang didampingi oleh para pakar, menulis/menerbitkan buletin/majalah, olah raga dan memperoleh bimbingan rohani seperti misa dan ret-ret.
Peranan Pastor Moderator dalam KMKS tersebut sangat besar. Misalnya dalam membantu kekurangan biaya untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan KMKS.
Ketika menjadi Pastor Moderator KMKS Yogyakarta, Pater Wagener sangat mendukung. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas KMKS saja. Bahkan terkait dengan masalah kekurangan biaya kebutuhan kuliah dan sehari-hari mahasiswa pun, ia merasa terpanggil dan ringan tangan untuk membantu.
Tanpa maksud memujinya, jika sudah berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan mahasiswa / siswa asal Sumba, Pater Wagener tidak akan memisahkan apakah dia Katolik, Protestan atau Islam. Pasti ia akan berusaha menolongnya.
Bagi saya pribadi, bukan karena sudah merasakan bantuannya, harus mengatakan bahwa Pater Wagener ini adalah sosok yang baik hati. Ia juga sangat kebapakan, bersahaja, rendah hati, dan murah senyum.
Saya berharap di usianya yang senja ini, ia tetap sehat dan berumur panjang. Tuhan memberkatimu Pater.
Tambolaka, 1 April 2019 Â
 ,  Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H