Kornelius Kodi Mete, adalah salah satu putra terbaik Kabupaten Sumba Barat Daya, yang lahir di wilayah Kodi, 56 tahun lalu. Nelis, begitu sapaannya dari masa kecil sampai menyelesaikan studinya. Teman-teman dekatnya menyapanya dengan nama kampungnya yakni Kodi Mete.
Nelis lahir dari keluarga sederhana di pedesaan. Ia adalah anak pertama dari sebelas orang bersaudara, sembilan laki-laki dan dua perempuan. Â Ayahnya, Wilhelmus Wora Kaka (almarhum), adalah guru sekolah dasar dan ibunya, Paulina D Walu, ibu rumah tangga. Sebagai keluarga guru di pesedaan, maka ayah dan ibunya, juga gemar bertani di ladang dan memelihara ternak.
Nelis menyelesaikan SD dan SMP di tanah kelahirannya dan SMA di Waingapu Sumba Timur. Tamat SMA kemudian ia melanjutkan studinya ke Yogyakarta.
Tak dinyana keberuntungan dan berkat berpihak kepadanya. Nelis lulus tes pada Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Gadjah Mada. Ia menyelesaikan studinya sebagai dokter muda pada tahun 1990.
Waktu tersiar kabar bahwa Nelis lulus tes masuk UGM, apalagi pada fakultas kedokteran, maka namanya menjadi buah bibir di kampungnya. Maklum, baru ia satu-satunya anak Kodi dan juga putra Kabupaten Sumba Barat, yang menjadi calon dokter.
Memang ketika itu ada juga putra asli Kodi yang menjadi calon dokter di Universitas Air Langga, yaitu Marthen Kaley. Namun karena ia lahir dan besar di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, maka namanya tidak seheboh dengan Nelis, di wilayah Kodi.
Dokter
Setelah menyelesaikan studinya dari UGM, Nelis sebagai dokter muda, kembali untuk mengabdi di tanah kelahirannya di Kabupaten Sumba Barat. Ia mengawali kariernya sebagai dokter di Puskesmas Wanu Kaka, Kecamatan Wanu Kaka, arah selatan Waikabubak, ibukota Kabupaten Sumba Barat.
Di Puskesmas pedesaan ini, Nelis bekerja dengan tulus melayani masyarakat. Tipikalnya yang gesit dan rajin serta sikapnya yang sangat familiar, berimbas positif pada kinerja dan prestasi pelayanannya yang bersinar pada kesehatan masyarakat. Kesiagaan dan kebaikannya dalam menolong orang kecil, membuatnya dicintai oleh masyarakat Wanu Kaka.