Padi Gogo Kodi memang unik dan istimewa? Letaknya dimana?
Pertama, pada rasanya, tentu saja di hidung dan lidah. Harumnya khas dan menggairahkan. Nasi pulen dan lembut. Harumnya terasa, bukan hanya setelah menjadi beras dan saat dimasak serta menjadi nasi yang dihidangkan di atas piring. Tapi harumnya sudah terasa sejak di ladang, setelah berumur lebih dari satu minggu sampai dengan pudarnya warna hijau pada daunnya. Gabahnya pun terasa harum saat dikeringkan di bawah sinar matahari.
Dan kedua, padi tersebut hanya cocok di wilayah Kodi dan daerah perbatasan dengan wilayah lainnya. Di wilayah Wewewa dan Loura pun, masih dalam Kabupaten Sumba Barat Daya, tidak cocok. Bukan tidak tumbuh sama sekali. Tumbuh dan berkembang serta subur dan berproduksi dengan baik juga, namun keistimewaannya tidak akan muncul. Harumnya raib begitu saja.
Faktor apa yang mempengaruhi, sehingga padi Gogo Kodi mempunyai rasa yang harum? Â Meskipun sudah ada penelitian cukup serius yang dilakukan oleh beberapa akademisi, namun sampai sekarang ini belum ada kesimpulan yang memberikan jawaban pasti.
Selama ini, ada tiga hipotesis yang dikembangkan berkaitan dengan rasa harum yang melekat pada padi Gogo Kodi. Pertama, faktor genetika bawaannya. Hipotesis ini terlalu lemah atau tidak cukup kuat untuk membuktikannya. Karena  secara empirik ketika dibudidayakan pada lahan ladang di luar wilayah Kodi, terbukti padi Gogo Kodi tidak harum lagi.
Kedua, faktor tanah dan kandungan unsur haranya. Tanah Kodi termasuk subur. Kandungan unsur hara tanah Kodi perlu dikaji lebih detail lagi. Kemudian jenis unsur hara atau senyawa apa yang berpengaruh menimbulkan rasa harum. Ada referensi yang dipakai oleh seorang peneliti bahwa unsur garam berpotensi menimbulkan rasa harum. Barangkali hipotesis ini perlu dipertajam lagi. Mengingat sebagian besar wilayah Kodi  adalah daerah pesisir pantai.
Dan ketiga, iklim dan cuaca, termasuk angin dan udara. Bisa jadi air hujan, angin dan udara di lingkungan wilayah Kodi bercampur dengan uap air laut yang mengandung unsur garam, kemudian terserap oleh tanaman padi Gogo Kodi melalui proses respirasi dan fotosintesis. Hipotesis ini juga perlu dikaji secara mendalam.
Karena keunikan dan keistimewaan yang dikandung oleh padi Gogo Kodi tersebut, maka telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pertanian sebagai Varietas Nasional dengan nama Varietas Pare Wangi Kodi. Hal ini sudah berlangsung lebih dari lima tahun yang lalu.