Seperti biasa, setiap malam, saya selalu ronda di dunia maya, untuk memantau aktivitas masyarakat penggiat media sosial yang berteman denganku. Malam 19 Maret, entah mengapa, saya lebih suka nongkrong di Pos Ronda Facebook. Pos yang kurang saya gemari akhir-akhir ini, karena telah dijamuri oleh penghuni-penghuni anonim layaknya hantu, yang menyebarkan konten-konten fitnah dan adu-domba.
Saat itu, sambil meneguk kopi hangat, saya mengamati banyak teman yang mengunggah status dengan aneka konten. Tapi saya lebih tertarik pada status temanku yang berprofesi sebagai petani. Betul-betul petani. Petani Iadang (lahan kering) lagi. Setahu saya, mungkin dialah petani ladang satu-satunya yang sukses di daratan Pulau Sumba.
Melalui akunnya, Agustinus Wakur Kaka, nama teman saya ini, mengunggah status dengan konten terkait tanaman hortikultura yang sedang dikembangkannya. Ia memang seorang petani yang lebih fokus pada usaha tani komoditi tanaman pangan dan hortikultura seperti padi, jagung, tomat dan sayur-sayuran.
Konten dalam statusnya malam itu berbeda dari biasanya. Seminggu yang lalu ia baru saja selesai panen komoditi jagung manis dan jagung pulut yang ludes di pasaran, sebagaimana dapat diikuti melalui status Facebook-nya. Kali ini status yang diunggahnya adalah berkaitan dengan komoditi labu lilin yang sedang ditanamnya.
Harga panen labu ini, saya targetkan untuk pembelisan dan pernikahan anak sulungku Paul Christian Kaka. Jadi bagi yang berminat beli anggap saja anda telah menyumbang. Panen bulan Mei," tulis Agustinus. Ia juga menyertakan beberapa foto saat ia sedang merawat labu lilin di ladangnya.
Bagi saya dan beberapa temannya yang lain, termasuk rohaniwan dan wartawan di daerah, status Agustinus ini, bukan kisah dongeng belaka. Komitmen dan dedikasinya pada subsektor tanaman pangan sudah teruji dan terbukti.Â
Setidaknya selama sekitar 10 tahun lebih saya mengenalnya. Dan khusus ladang tempat ia menanam labu lilin pun saya sudah tahu dan menyaksikannya. Luasnya 2 hektar. Terletak di daerah pesisir pantai utara, desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya.
Pertanyaannya, apakah prediksi produksi dan pendapatan yang ditulis Agustinus akan bisa menjadi kenyataan? Â Bagi saya sendiri, tidak ragu sedikit pun. Yakinlah, akan menjadi kenyataan di bulan Mei mendatang.
Dari sekian banyak teman Agustinus yang masuk memberi komentar dan menjadi perhatian khusus saya adalah akun Facebook atas nama Christian Ninda. Ada apa ya? Mari kita ikuti obrolannya.
Christian Ninda memberi komentar awal, "Wahhh teman ni, luar biasa persiapannya. Semangat temanku. Pasti anak sulungnya sangat bangga punya seorg ayah dan keluarga seperti anda pak. Sukses selalu, Tuhan Yesus Memberkati."
Agustinus membalasnya, "Kalau punya anak diberi nama Labu Lilin."
"Klu gagal panen tunda urusan nikahnya bro," sambung Agustinus.
 "Jadi bgni teman, gagal dan tidaknya, urusan yang di atas, intinya anda sdah berusaha untuk menjadi petani yang baik, petani yang tidak hanya berharap yg instan. Anda mengharapkan hasil dari dri kerja keras anda pak. Resiko anda sebagai petani adalah anda tidak bisa jdi pejabat namun pejabat bisa jadi petani juga.Â
Pejabat gagal panen, namun dia tidak gagal soal penghasilan. Anda gagal panen, itu adalah bentuk dri sebuah perjuangan anda dan keluarga. Anda tidak memperjuangkan untuk minum keringat org lain.Â
Berjuang terus teman, doa dan pengharapan slalu menyertaimu. Jadi petani yg bersih dan slalu punya harapan besar utk terus maju. Ingat ya teman, anda sbgai petani tdk bisa korupsi kecuali anda jadi pejabat jdi bisa korupsi milik petani. Bravo teman terbaikku," tulis Christian.
Christian pun melanjutkan komentarnya untuk memberi tanggapan terkait bakal calon nama anak putra sulung Agustinus yang disebutkan Agustinus tadi. Â "Jadi nama lengkap anaknya, LABU LILIN WAKUR KAKA," tulisnya.
Obrolan, melalui komentar saling balas komentar, antara Agustinus dan Christian tersebut, membuat saya penasaran dan ingin mencari tahu siapa gerangan akun atas nama Christian Ninda.
Pada saat saya baru saja mulai ronda menjelajahi Pos Facebook, anak saya menghampiri dan bertanya, "Apa bapak sudah melihat status terbaru Agustinus Wakur Kaka?"
"Ini baru saja saya pantau," jawabku.
"Bapak tahu itu Christian Ninda?" tanyanya.
"Tidak tahu," kataku.
"Itu Tian bapak!" katanya sambil tertawa karena merasa lucu sekali.
Saya pun merasa lucu juga. Pecahlah tawa saya malam itu.
Mengapa? Karena ternyata Christian Ninda, tidak lain adalah putra sulung dari Agustinus yang sedang kuliah di Kota Pelajar dan Budaya, Yogyakarta.
Bagi saya, ada bapak dan anak bisa bersenda gurau, apalagi melalui media sosial, memberi nilai inspirasi tersendiri. Suatu hubungan familiar yang unik dan istimewa. Bapak dan anak bisa menjadi sahabat. Tidak mudah lho!!!!!
Tambolaka, SBD, 20 Maret 2019
Rofinus D KalekaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H