Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Belgia Pendiri Sekolah Perhotelan Internasional di Sumba

19 Maret 2019   23:39 Diperbarui: 19 Maret 2019   23:53 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar tiga tahun sebelum Pulau Sumba dinobatkan oleh Majalah FOCUS Jerman (2018) sebagai salah satu dari tiga puluh tiga Pulau Terindah di dunia, di Kabupaten Sumba Barat Daya sudah berdiri Sekolah Perhotelan Internasional. Sebuah sekolah setara diploma I. Karena lama pendidikannya satu tahun.

Sekolah tersebut dibangun oleh Sumba Hospitality Foundation sejak tahun 2015. Yayasan ini didirikan oleh Inge De Lathauwer, seorang ibu, warga negara Belgia.  Ibu Inge membangun sekolah tersebut dengan biaya sendiri. Ia rupanya telah terpikat dengan keindahan Pulau Sumba dan kondisi umum kehidupan masyarakatnya yang masih miskin.

Sudah beberapa kali saya mengunjungi sekolah yang dibangun di atas lahan seluas sekitar 6 hektar itu. Penampilan umumnya layaknya Resort.

Corak konstruksi bangunannya khas Sumba. Bahan kayunya, seluruhnya bambu. Atapnya berjoglo (menara) dengan penutup ilalang kering. Namun karena penataannya profesional, maka menyuguhkan keindahan dan keasrian yang unik dan mengagumkan. Sehingga setiap pengunjung yang sempat ke sana, setidaknya saya sendiri, terkesan seperti sedang berada di obyek wisata Perkampungan Belgia Gaya Sumba.

Inge De Lathauwer

Kendati sudah beberapa kali ke sana, sejujurnya saya belum sempat bertemu dengan Inge, sapaan Inge De Lathauwer. Tapi diluar dugaan, akhirnya saya dapat berjumpa dengan Inge di penghujung akhir tahun 2018. Ketika itu kami bertemu di Kantor Bupati Sumba Barat Daya di Tambolaka, lokasi pusat pemerintahan di Kadul.

Inge adalah seorang ibu yang sangat ramah dan lembut. Perempuan cantik ini tampak tenang dan bersahaja layaknya kaum biarawati. Tutur katanya santun dan terukur. Juga berbusana rapih. Tak seperti orang barat atau wisatawan manca negara umumnya yang datang ke Indonesia dengan busana yang serba mini dan terbuka.

Sosok Inge yang seperti itu memang sangat mengesankan. Ia adalah seorang profesional, jebolan dari Universitas Ghen dengan gelar S2 dalam bidang studi Asia. Ia melanjutkan pendidikan di Glion dan meraih gelar di bidang Manajemen Perhotelan. Ia juga berpengalaman dan mendedikasikan hidupnya dalam sekolah dan organisasi amal di Brussel.

tripadvisor.com
tripadvisor.com
Mulai Beroperasi 2016

Sekolah yang didirikan Inge tersebut, mulai beroperasi pada tahun 2016. Menurut Inge, tujuannya untuk menjadikan pariwisata sebagai kekuatan ekonomi sambil membantu menyediakan lapangan kerja bagi para anak muda Sumba dan memutus rantai kemiskinan, serta menjaga kelestarian lingkungan dan budaya mereka.

Oleh karena itu, "sekolah berbasis asrama ini membuka kesempatan bagi putra-putri Sumba tamatan SMA dan SMK, terutama dari keluarga kurang mampu, untuk belajar di bidang perhotelan dengan kurikulum yaitu Restoran dan Bar, Tata Boga, Resepsionis dan Tata Graha (House Keeping).  

Di sini juga disediakan kelas-kelas bahasa inggris, ketrampilan komputer, ketrampilan hidup dan permakultur. Siswa-siswi di sekolah ini diajari dan dibimbing oleh para guru dan relawan internasional dari Italia, Inggris, Jerman, USA dan Belgia, dengan bahasa pengantar bahasa inggris," jelas Inge.

Lama pendidikan siswa-siswi di sekolah tersebut adalah 1 (satu) tahun. Selama 8 (delapan) bulan mengenyam pendidikan di sekolah dan 4 (empat) bulan magang di sejumlah hotel baik di Pulau Sumba maupun ke Bali.

Sampai dengan saat ini sekolah tersebut telah meluluskan dua angkatan. Angkatan pertama 40 orang dan kedua 47 orang. Para lulusannya telah bekerja di hotel-hotel bertaraf internasional baik di Sumba maupun Bali.

Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan dari sekolah tersebut, menurut Inge, Sumba Hospitality Foundation telah menjalin kerjasama dengan Glion Institute of Higher Education (Sekolah Tinggi Perhotelan Glion). "Glion adalah sebuah sekolah dengan pengalaman dan reputasi yang baik selama 50 tahun, berada dalam posisi 3 besar sekolah perhotelan terbaik di dunia dalam mempersiapkan karir murid-muridnya di dunia perhotelan internasional. Kini sekitar 11.000 jumlah alumninya telah tersebar di dunia," ungkap Inge.

Biaya Pendidikan

Biaya selama satu tahun di sekolah tersebut yaitu Rp. 1.500.000 per siswa-siswi dari keluarga kurang mampu. Biaya ini sebetulnya tidak cukup memadai, namun sekolah tersebut mempunyai sumber pendanaan lain untuk mensubsidi para siswa-siswinya.

Memang bagi keluarga kurang mampu dalam konteks masyarakat di Pulau Sumba, sejujurnya biaya tersebut masih termasuk berat. Namun untuk menanamkan rasa tanggung jawab terhadap keluarga para siswa-siswi, maka biaya itu wajib dipenuhi.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Sumber Biaya

Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di sekolah tersebut, maka di sana disiapkan Pavilliun sebagai  salah satu sumber biaya. Ada sekitar 9 pavilliun yang tersedia dan berkelas setara hotel bintang 4 dengan kamar mandi dalam, ac, dan juga air panas. Jadi mereka yang menginap di pavilliun ini sama artinya mereka telah ikut berkontribusi dalam proses pendidikan perhotelan di sekolah tersebut.

Pavilliun yang ada itu, juga menjadi sarana bagi para siswa-siswi untuk mempraktekkan ilmu yang mereka peroleh.

Lokasi Sekolah Perhotelan

Lokasi sekolah perhotelan internasional tersebut berada di arah timur Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya. Tepatnya di Jalan Mananga Aba, Desa Karuni, Kecamatan Loura.

Jaraknya dari Tambolaka sekitar 10 kilometer dan dapat dicapai dengan mudah. Bisa dengan kendaraan roda empat atau roda dua.

Memang perlu waspada atau hati-hati. Karena jalan menuju ke sana sekarang ini, meskipun sudah beraspal tapi banyak ruasnya yang "berkolam". Berair di musim penghujan dan kering di musim kemarau.  Mudah-mudahan jadi prioritas untuk segera diperbaiki.

Tambolaka, 19 Maret 2019
Rofinus D Kaleka 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun