SEORANG sejarawan dari Paris, Perancis, bernama Andre Burguiere, pernah mensinyalir, tugas studi bidang sejarah yaitu untuk memperoleh makna baru bagi masa kini dari data-data masa lalu. Burguiere memahami sejarah sebagai sebuah sejarah mentalitas. Ia menekankan pentingnya mengetahui mental masyarakat pada masa lalu.Â
Sejarah dalam arti ini bukan lagi sekadar rentetan peristiwa fisik atau kronologi dari peristiwa sebab-akibat yang dicabut dari kehidupan sehari-hari melainkan mentalitas yang terkait padanya. Ini bisa terjadi sejak saat peristiwa fisik yang bersangkutan dimulai hingga waktu yang tak ditentukan dan lebih jauh lagi sesudah peristiwa fisik itu sendiri berakhir.Â
Penyelidikan sejarah sungguh merupakan hal yang sangat penting bagi kesadaran suatu bangsa, juga bagi kita. Namun menyadari secara obyektif kekhasan dan keunikan sejarah tanpa mengingkari relativitasnya, rupanya bukan hal mudah. Untuk itu, diperlukan kelengkapan dokumentasi, keterbukaan dalam komparasi dan tentu saja analisis yang rasional.
Dalam perjalanan perkembangan peradaban masyarakat Kodi tempo dulu, terdapat sebuah peristiwa historis heroik pergolakan perlawanan rakyat terhadap pemerintah militer penjajah (kolonial) Belanda yang sedang berusaha menduduki dan menguasai wilayah Kerajaan Kodi, di Kabupaten Sumba Barat (dulu), kini Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tokoh patriot (pejuang) yang namanya legendaris dalam pergolakan ini adalah Wona Kaka. Sampai saat ini, masyarakat Kodi menyebut-nyebut Wona Kaka sebagai "pahlawan".
Yayasan Persekolahan Nusa Cendana (YAPNUSDA), justeru terinspirasi secara lebih impresif, dengan memeteraikan salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) miliknya yang berada di wilayah Desa Homba Karipit, Kecamatan Kodi Utara, dengan nama SLTP KATOLIK WONA KAKA. SLTP ini didirikan pada 1 Agustus 1960.
Untuk sementara, SMP tersebutlah, yang menjadi Prasasti heroisme Wona Kaka. Bahkan pada tembok depan emper SLTP ini terdapat lukisan Wona Kaka, semacam prasasti, yang terbuat dari pahatan semen, karya (almarhum) Gregorius Gheda Kaka. Lukisan tersebut hanyalah ilustrasi sosok Wona Kaka. SLTP ini juga memiliki mars yang akrab di telinga khalayak ramai dengan nuansa mengelu-elukan tokoh Wona Kaka. Mars tersebut dapat disimak sebagai berikut:
WONA KAKA
Karya Gregorius Gheda Kaka
Tahun 1973
Bait 1 : Â Â Â Di ujung barat nusa cendana
         disitulah letaknya skolahku
Cahaya nusa cendana
pembina bunga bangsa
Refrein:
Wona Kaka namanya kenangan masa silam
Patriot bangsa pembela tanah air
Tokoh keadilan
Wona Kaka  Wona Kaka  Wona KakaÂ
Wona Kaka jejakanku
Bait 2: Â Â Â Â Di ujung barat nusa cendana
disitulah letaknya sekolahku
Pengharum nusa cendana
pemekar bunga bangsa
Refrein:
Wona Kaka namanya kenangan masa silam
Patriot bangsa pembela tanah air
Tokoh keadilan
Wona Kaka  Wona Kaka  Wona KakaÂ
Wona Kaka jejakanku
Pigura pikiran Burguiere tersebut di atas, kiranya menjadi inspirasi penting dan relevan untuk menggumuli, mengungkap dan merajut kembali dalam formulasi dokumentasi secara tertulis peran sejarah heroik yang dicoraki tokoh Wona Kaka dan kawan-kawan seperjuangannya. Apa dan siapa sosok Wona Kaka, apa yang melatarbelakangi dan memicu meletusnya perang melawan militer kolonial Belanda, seperti apakah spirit, sistem dan strategi perang yang dilakukannya, serta seperti apa pula hasil capaian dan akhir perjuangannya, akan diungkap melalui artikel-artikrl selanjutnya.
Rofinus D Kaleka *)
Tambolaka, Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H