Memperhatikan wajah mereka yang cukup serius mendengarkan penjelasanku, maka saya pun melanjutkan, seolah-olah memberi doktrin, "Seorang pemimpin itu harus disiplin dan tegas namun tidak berarti harus brutal dan sombong. Pemimpin itu bukan preman.Â
Oleh karenanya perlu juga rendah hati dan sabar. Sehingga pemimpin bisa dekat dengan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, masyarakat dekat dengan pemimpinnya. Kedekatan antara pemimpin dan masyarakatnya, akan menghasilkan kerjasama yang baik untuk mewujudkan tujuan kemajuan yang diharapkan bersama."
Penjelasan saya tentang filosofi tradisi sumpah mengangkat dua jari itu berhenti sampai di situ saja, karena acara resepsi tersebut sudah dimulai. Apakah memang begitu filosofinya? Mana saya tahu juga. Hanya karang-karang saja. Beruntungnya, yang saya hadapi saudara-saudaraku sendiri yang kurang wawasan.
Nah, bagi yang tahu filosofinya, sebaiknya dikisahkan dong. Tahu sendiri saja, rugi lho!
Rofinus D Kaleka *)
Tambolaka, 27 Maret 2018
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H