Kisah yang saya hadirkan ini adalah sisi indah (lainnya) ketika saya jumpa seorang nona cantik yang berbusana keren di destinasi Rate Nggaro yang molek. Di hari Selasa, 13'03'18, Â itu suasananya memang sangat indah. Saat itu saya bersama dengan empat orang kawan yaitu Rambu, Yana, Minggus, dan Marten.
Ketika kami memasuki pintu gerbang pagar batu Parona (kampung adat) Rate Nggaro, sontak naluri saya cepat menyesuaikan. Maklum "kebudayaan khas" seorang penulis. Saya menebarkan pandangan ke seluruh area parona Rate Nggaro. Sepintas saya menikmati suguhan keunikannya. Sangat khas pedesaan Sumba. Amat elok dipandang mata. Aura segar menggerayangi seluruh raga dan jiwaku.
Arus bolak-balik bola mataku mengawasi sisi parona yang kami hadapi. Rata wajah di bawah garis limit atap alang-alang rumah adat panggung berjoglo. Hampir tak ada bidang datar dan lekuk-lekuknya yang terabaikan. Lalu saya tujukan pandangan ke arah kerumunan orang di sisi kanan. Mereka adalah peserta sosialisasi Sadar Wisata. Memangnya, selama ini "tidur wisata" ko? Hehehehehe ... ! Sorry, ini hanya lelucon saja.
Diantara kerumunan orang itu, mataku menangkap pancaran aura impresi yang unik. Seorang nona cantik dengan busananya yang unik memikat retina bola mataku. Terlihat jelas seperti dekat, padahal jaraknya masih cukup jauh. Barangkali begitulah "kebudayaan mata" seorang penulis. Senang melihat yang indah-indah. Ciiiii ..... menghibur diri ya!!!
Kepalanya diikat dengan kain tenun warna merah bercorak aneka motif putih. Kain selendang, begitu kami menyebutnya. Menghiasi wajahnya yang memang cantik dan rambut hitamnya yang tergerai indah luruh sampai di bahu. Ia juga mengenakan sarung tenun khas Sumba jenis "lamba leko" yang keren. Berwarna dasar kuning dan sebaris warna biru dan sebaris juga warna merah dengan motif Mamoli (gambar mahar belis untuk perempuan Sumba). Bagi yang matanya masih normal, tentu akan sepakat dengan saya, menyebutnya serasi, indah dan cantik, merepresentasikan rupa pemakainya itu.
Langkahku terus mengarah kepadanya, sambil kusalami satu persatu peserta sosialisasi yang lain. Eeehhh dugaanku semula tidak salah. Ternyata adinda atau lebih tepatnya ananda Nona Mitra. Nama lengkapnya, Mitra Bili. Kami pun saling bersalaman.
Gadis cantik ini adalah seorang Aparatur Sipil Negara. Sebagai sarjana bahasa inggris yang fasih berbahasa inggris, tidak salah jika ia ditempatkan di Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya.
Disamping intelek dan cerdas, kompetensi Mitra ini juga memadai. Rajin dan aktif dalam aktivitas yang berhubungan dengan tradisi adat-istiadat dan kebudayaan daerah Sumba. Piawai juga dalam urusan seni, baik musik dan nyanyi. Kerapkali juga menjadi MC dalam acara-acara resmi pemerintahan. Belum lagi pembawaannya yang luwes, energik, penuh senyum namun santun serta cukup gemar juga travelling dan fotogenik. Nona pariwisata banget. Hehehehehe ... !
Di tengah kesibukannya mengarahkan jalannya acara sosialisasi itu, saya mendekati dan menawarkannya untuk menjadi model tulisanku di Kompasiana. Ia meresponnya dengan senyum. Indah sekali. Ia memang tidak mengatakan ya. Tapi dari gestur tubuh dan wajahnya yang tetap gembira, mengisyaratkan bahwa ia tidak keberatan.