Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Penduduk Desa di Sumba Makan Ughi, Pertanda Apakah Itu?

12 Maret 2018   20:44 Diperbarui: 16 Maret 2018   15:30 2972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: johntaena.blogspot.co.id

Konklusi sementara Adi Sasono, rakyat Sumba miskin, disebabkan oleh tiga raksasa tidur yakni Lahan Tidur, Manusia Tidur, dan Modal Tidur. Adi Sasono tidak menguraikannya lebih lanjut, mungkin karena khawatir ada yang tersinggung.

Sinyalemen Adi Sasono tersebut barangkali ada benarnya. Pertama, menyangkut lahan tidur. Lahan terbuka dan subur yang belum diolah masih jutaan hektar. Kemampuan olah petani (KK tani) rata-rata hanya sekitar seperempat hektar. Kemampuan olah lahan yang demikian itu, menghasilkan produksi pertanian yang kurang memadai dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang jumlahnya lebih dari 5 orang jiwa.

Kedua, menyangkut manusia tidur. Apakah betul orang-orang Sumba pemalas? Orang awam akan mengatakan ya. Tapi banyak peneliti dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang berpendapat lain, yaitu orang Sumba kurang bekerja keras dan belum bekerja cerdas. Maklum, karena orang Sumba umumnya kurang berpendidikan. Celakanya, cukup banyak juga orang Sumba yang berpendidikan dan bahkan mempunyai posisi yang mentereng, tapi tidak memancarkan cahaya sebagai suritauladan dan tempat belajar bagi orang Sumba kebanyakan yang tidak berpendidikan untuk bekerja keras dan cerdas. Oleh karenanya jangan heran kalau jarang kita melihat petani NTT yang sukses, pegawai yang membanggakan dan pejabat (apa saja) yang dapat diteladani.

Dan ketiga, berkaitan dengan modal tidur. Hampir belum terdengar, ada pengusaha sukses mendorong petani miskin. Demikian juga, jarang kita menyaksikan ada pejabat besar bertani bersama rakyat kecil. Modal-modal mereka tidak bermakna apa-apa untuk orang-orang di sekeliling mereka. Lebih sadis lagi, jika modal yang ada di pemerintah tidak berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak yang miskin.

Seberapa besarkah APBD diarahkan untuk mendorong orang-orang miskin yang umumnya adalah petani? Jangan sampai kita belum bergeming dengan tradisi --(mohon maaf ya!)-- mengaburkan dan mengubur anggaran atas nama kepentingan rakyat melalui program atau kegiatan yang absurd.

Jika kita menyadari bahwa benar ada tiga raksasa yang tidur, maka marilah kita membangunkannya menjadi tiga raksasa yang terjaga. Jangan ditunda. Harus dimulai saat ini. Mumpung masih musim hujan. Lahan-lahan yang tidur segera diolah. Supaya petani memiliki kebun luas. Untuk menanam aneka komoditi tanaman pangan atau tanam secara berlapis.

Tentu untuk mewujudkan hal tersebut sangat diharapkan adanya political will pemerintah dan DPRD melalui kebijakan alokasi anggaran yang memadai. Dukungan dan bantuan LSM dan Swasta. Itu pun tidak cukup karena kemauan keras petani juga menjadi kunci utama menuju sukses, "rakyat yang berkecukupan pangan dan sandang".

 

Rofinus D Kaleka *)

12 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun