Entah sejak kapan dunia tergoda dengan wajah alam Sumba? Sampai-sampai bukit-bukitnya pun diburu sebagai destinasi favorit oleh para wisatawan, baik manca negara maupun domestik. Akhirnya orang-orang Sumba sendiri pun mengikuti trend pariwisata dan menjadi wisatawan lokal serta mulai mengunjungi bukit-bukit yang membuat para pelancong dari luar Sumba gemas dan tergila-gila.
Dalam catatan saya, dunia mungkin sudah tergoda dengan perbukitan Sumba, jauh-jauh hari sebelum Taufik Ismail menulis puisi yang sangat impresif dengan judul "Beri Daku Sumba" pada tahun 1970. Saat menulis puisi ini, Taufik Ismail hanya berdasarkan kisah tentang Sumba dari seorang penyair asal Sumba, Umbu Wulang Landu Paranggi. Artinya, Taufik Ismail belum menginjakkan kakinya di tana Humba. Anehnya lagi, Taufik Ismai menulis puisi tersebut saat berada di Uzbekistan. Jika tidak keliru, Taufik Ismail baru menginjakkan kaki di Waingapu sekitar 2011, setelah 40 tahun ia menulis puisi tersebut.
Taufik Ismail memang belum mengisahkan panorama kecantikan atau keindahan lekuk-lekuk bukit-bukit Pulau Sumba. Â Namun dua sutradara kawakan Indonesia, Garin Nugroho dan Mira Lesmana, telah mengeksplor-nya melalui film-film garapan mereka. Beberapa artis papan atas Indonesia dan kameraman media massa nasional dan internasional serta para pelancong, Â juga telah menyapa keunikan dan keindahan bukit-bukit Sumba, kemudian mempublikasikannya melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik, termasuk di dunia maya.
Senyatanya, secara geografis daratan pulau Sumba memang bergelombang. Seolah ia menyuguhkan pemandangan sejuta bukit dan lembah, seperti dalam film teletubis. Terkafani rerumputan ilalang dan dihiasi habitat hutan mini. Tidak salah juga jika Sumba digelari sebagai pulau Sabana atau Savana.
Vegetasi sabananya yang luas, merambat menurun dari bukit luruh menuju ke lembah atau merangkak dari lembah mendaki menukik ke puncak bukit, tak pelak lagi menyajikan rupa bagaikan permadani. Hijau cerah di musim hujan dan kering cokelat di musim kemarau. Sementara habitat savananya yang mungil bagaikan hiasan pot bunga cendana (sandelwood) terjejer seperti tertata di atas permadani sabananya.
Rekomendasi
Sebagaimana halnya untuk membuktikan air laut itu asin, tak harus meminum seluruh air laut, tapi cukuplah mencicipi setetes saja. Demikian halnya, untuk dapat membuktikan keindahan sejuta bukit sabana dan savana Sumba, tidak harus menjelajah seluruh padang bukit dan lembah yang ada di Sumba, tapi cukuplah menikmati di tempat-tempat yang mudah dijejaki.
Bukit-bukit manis tersebut sudah terkenal kecantikannya, keunikan dan keindahannya. Sehingga sudah menjadi destinasi alam gaya hidup yang khas. Tidak terhitung lagi pengunjung yang memanfaatkannya, bukan hanya untuk bersenang-senang dan selfi saja tapi juga menjadi background foto-foto preweding para pasangaan yang akan hendak menikah.
Saya pastikan untuk sampai di empat lokasi bukit tersebut, tidak akan mengalami kesulitan. Walaupun harus sport fisik sedikit untuk meraih puncak-puncak bukit tersebut.
Rofinus D Kaleka *)
Kadul, Tambolaka, 7 Maret 2018
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H