Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wajah Cantik Weewini yang menjadi Legenda di Kalaki Kambe

4 Maret 2018   17:25 Diperbarui: 4 Maret 2018   18:38 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di siang cerah hari Minggu 4 Januari 2018, selepas mengikuti Misa di Katakombe Bunda Karmel di Stasi Weepaneru, kami sekeluarga mampir di Weewini. Tujuan kami tidak lain hanyalah untuk menikmati pesona wajah cantiknya. Menyegarkan mata untuk melengkapi oase rohani dari Katakombe.

Weewini dalam bahasa ibu suku Wewewa, di Kabupaten Sumba Barat Daya, terdiri dari kata Wee yang berarti air dan Wini adalah nama orang. Khusus untuk kaum perempuan. Wini sendiri adalah sapaan halus untuk kaum perempuan yang bernama Tenge. Jadi, secara harfiah, Weewini berarti air Wini.

Weewini ini adalah nama sebuah danau, yang terletak di sisi selatan Katakombe. Posisinya strategis dan mudah dikunjungi karena letaknya tidak jauh dari jalan raya yang dilewati. Hanya sekitar 75 meter. Secara administratif, ia berada di Desa Kalaki Kambe, Kecamatan Wewewa Barat.

Profil yang disuguhkan Wewini sangat indah, menarik dan juga menggoda. Cukup luas, ya sekitar satu hektar. Airnya biru bening tapi sangat bersih. Permukaan airnya tenang sekali. Bahkan terlampau sangat tenang. Membuat hati juga damai berada di bibirnya.

Ketenangan airnya merupakan gambaran kedalaman air Weewini. Menurut Heri Ama Aste, sangat dalam. "Belum ada yang mampu memperkirakan kedalamannya," tuturnya. Lanjut Heri, tokoh masyarakat sekitar danau Weewini, "Suatu waktu Pater Paul Hasler, CSsR, seorang pastor asal Jerman pernah menyelam namun tidak sampai ke dasarnya."

Informasi dari Heri ini, juga menjadi nasehat bagi orang baru yang berkunjung ke Weewini, supaya tidak melompat sembarangan ke dalam air danau kalau tidak bisa berenang. Tapi kalau memang bisa berenang tidak usah takut, nikmatilah kesejukan air danau Weewini. Setiap hari, pagi, siang dan sore, kita dapat menjumpai banyak orang, termasuk anak-anak di sekitarnya, yang tampak sangat bergembira ketika berenang di palungan Weewini.

Dokpri
Dokpri
Danau Weewini juga menawarkan kesejukan dan oksigen yang segar. Sepanjang keliling punggung bibir Weewini masih cukup dipadati pohon-pohon besar yang tajuknya lebar dan hijau.

Danau ini mempunyai legendanya. Ia adalah bekas kampung adat yang tenggelam.

Konon pada jaman dahulu, ada warga di kampung tersebut yang mencuri seekor babi milik seorang nenek yang juga warga kampung itu. Nenek yang hidup sebatang kara ini bernama Tenge.

Daging babi tersebut dinikmati oleh seluruh warga kampung, namun mereka tidak tahu sumbernya dari mana. Ketika nenek tersebut memanggil-manggil babinya pada sore hari menjelang maghrib baru warga kampung tersebut menduga-duga bahwa daging babi yang mereka makan itu adalah babi nenek Tenge. Namun tidak ada seorang pun yang berani untuk memberitahukan kepada nenek Tenge.

Nenek Tenge tersebut sangat sedih karena kehilangan babi kesayangannya. Berhari-hari ia mencarinya namun tidak ada seorang warga kampung pun yang membantunya.

Dokpri
Dokpri
Kesedihan nenek Tenge makin menjadi-jadi. Ia merasa tidak dipedulikan dan tidak disayang lagi oleh warga kampung tersebut. Sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan kampung tersebut.

Suatu pagi sebelum fajar menyingsing, secara diam-diam nenek Tenge meninggalkan kampung tersebut. Ketika nenek Tenge sudah berada di kaki bukit, mata hari sudah mulai memancarkan sinarnya. Saat itu terjadilah bunyi patahan bumi yang keras dan membuat gempa lokal.

Nenek Tenge kaget dan menoleh. Ia menyaksikan kampungnya sudah tenggelam. Dalam posisinya yang sedang menoleh itu, nenek Tenge pun berubah menjadi batu karang. Batu karang yang menyerupai seorang nenek yang menoleh ini dikenal sebagai Watu Kaweda sampai sekarang ini.

Itulah kisah legenda mengapa danau itu bernama Weewini atau Weetenge. Namun kini danau Weewini tersebut bukanlah legenda, apalagi mimpi. Juga bukanlah fatamorgana.  Ia nyata dan sesuatu. Cantik, indah, menarik dan mempesona. 

Sayangnya Weewini dibiarkan sepi sendiri di tengah Desa Kalaki Kambe. Kecantikannya hanya dinikmati warga desa setempat saja. Padahal posisinya sangat strategis. Lokasinya dataran rata. Manis sendiri di pinggir jalan raya. Dekat lagi dengan tambolaka, Ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya. Hanya sekitar 10 km. 

Sampai kapan cantiknya bisa dinikmati lebih banyak orang lagi? Entahlah!***

Rofinus D Kaleka *)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun