Secara administratif pemerintahan, Parona Bongu termasuk wilayah Desa Bondo Kodi, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Seperti apakah profil dan performance Parona Bongu? Parona Bongu, termasuk dalam kabihu (rumpun kampung adat) Baghoho. Parona Bongu terletak di atas sebuah bukit kecil.Â
Di sana berdiri kokoh beberapa rumah adat berjoglo. Masyarakat Kodi menyebutnya Uma Pangemba. Sejumlah batu kubur megalit (Hondi) menghiasi pelataran yang disebut Notor. Â Di tengah Notor masih tampak berdiri patok dan altar perang yang disebut Katoda. Pagar kelilingnya terbuat dari batu karang, disusun cukup rapih, yang dinamakan Atur.
Di sekelilingnya terdapat aneka tanaman, seperti kelapa, bambu, pisang dan jambu mete, yang tumbuh subur. Pada sisi selatannya mengalir sungai Weyo Mata,yang secara harfiah berarti air mata. Sungai Besar dengan airnya bening dan bening ini  mengalir melalui sungai Bondo Kodi dan berakhir di Muara Pero, pertemuan antara air sungai Bondo Kodi dan air laut Pero.
Sungai Weyo Mata itulah yang menjadi sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Parona Bongu dan masyarakat sekitarnya. Di sungai inilah, mereka mengambil air minum, mandi dan mencuci serta tempat memberi minum hewan-ternak besar peliharaan mereka setiap hari, seperti kerbau, sapi dan kuda.
Parona Bongu tersebut menampilkan pesona wajah yang unik dan indah, yang tidak kalah dengan panorama Parona-parona yang lain di wilayah Kodi. Lingkungan Parona Bongu ini juga cukup sejuk dan menawarkan udara segar.
Di Parona Bongu itulah tempat lahir, tumbuh dan berkembangnya tokoh Wona Kaka, pahlawan rakyat Kodi dan Sumba umumnya. Wona Kaka, adalah panglima perang laskar rakyat Kodi yang gagah berani melawan penindasan penjajah (kolonial) militer Belanda  selama tiga tahun (1911 -- 1913).
Wona Kaka adalah warga Umma (rumah) Kambyala di Parona Bongu. Umma Kambyala dan warganya, mengemban tugas dan tanggung jawab strategis sebagai pemelihara upacara Katoda dalam rumpun Baghoho. Upacara yang dilakukan adalah persembahan kepada dewa-dewi perang berupa kepala-kepala manusia yang dipenggal dalam perang antarsuku ketika itu. Umma Kambyala juga dapat menentukan jadi perang atau memilih damai.
Parona Pahlawanan Wona Kaka tersebut mudah dikunjungi. Bisa dengan kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Jalan sudah beraspal, kecuali dari jalan utama menuju Parona Bongu masih perkerasan. Jaraknya dari Bondo Kodi, ibukota Kecamatan Kodi, sekitar 2 km dan dari Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya lebih kurang 35 km.
Jika ada waktu lowong dan sempat ke Sumba Barat Daya, Bumi Nale Tana Pasola, sebaiknya mampirlah di Parona Bongu. Selamat Datang di SBD.
Salam.
Rofinus D Kaleka *)
Catatan: Parona Bongu telah tiga kali penulis kunjungi. Terakhir tahun 2011. Foto tersebut saya ambil siang hari dalam keadaan mendung. Karena saat itu musim hujan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H