Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kuda Sumba Disebut Kuda Sandelwood?

21 Desember 2017   23:36 Diperbarui: 22 Desember 2017   09:44 6885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Oleh Rofinus D Kaleka

Ekspektasi Billy Mamola terhadap kuda sandelwood Sumba sungguh luar biasa. Ia telah menguji keunggulan daya tahannya dengan melakukan perjalanan, menunggang kuda sandelwood sejauh 500 kilometer dari Lembang, Jawa Barat, sampai di Pangandaran, perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah pada Agustus 2008. Museum Rekor Indonesia (MURI) telah mencatat, kuda sandelwood Sumba sebagai kuda dengan daya tahan tubuh yang tangguh.

Lantaran pesona keistimewaan kuda sandelwood tersebut, juga telah menggaet hati aktor Hollywood kawakan, Brad Pitt, untuk membeli enam ekor kuda sandelwood, sebagai hadiah untuk anak-anaknya. Meskipun mungkin kuda sandelwood yang dibeli oleh Brad Pitt bukan langsung berasal dari Sumba, namun menegaskan, jenis kuda sandelwood berkelas internasional.

Demikian pula dengan Presiden RI, Joko Widodo, gara-gara kuda sandelwood, dapat menginjakkan kakinya di Sumba, tepatnya di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, 12 Juli 2017. Bahkan Jokowi pun sempat merasakan bagaimana unik dan indahnya menunggang "kuda sandelwood". Di atas punggung kuda sandelwood, tampak Jokowi berwibawa, seperti sedang mereinkarnasikan peran Pangeran Rato Nale, imam adat khusus tradisi nale,k etika memantau perkembangan hasil populasi ternak dan tanaman pangan serta perkebunan masyarakat di wilayah adatnya. Rato Nale melakukan hal itu, selepas masa kabukut(semedi) pada bulan paddu (bulan pemali, penuh larangan). Sungguh luar biasa, bukan!

Fungsinya Majemuk

Dalam kehidupan masyarakat Sumba sendiri, sejak zaman nenek-moyang sampai sekarang ini, kuda memiliki manfaat atau fungsi yang sangat penting dan majemuk. Pertama, sebagai kendaraan angkutan. Tempo dulu, sekarang sudah tinggal sedikit, hampir semua orang Sumba memiliki kuda tunggang dan kuda beban. 

Kuda tunggang digunakan sebagai sarana transportasi ketika bepergian dengan jarak yang jauh, baik ke acara pesta adat, silaturahmi ke rumah sahabat maupun mengawasi hewan peliharaan yang digembalakan di padang. Sedangkan kuda beban, digunakan sebagai sarana transportasi untuk mengangkut barang, misalnya hasil dari kebun dan mengambil air dari mata air atau sungai.

Kedua, sarana pacuan kuda. Orang Sumba secara umum, sekarang ini termasuk para pejabat negara/pemerintah, sangat hobi pacuan kuda. Arena pacuan kuda ini sebagai ajang persahabatan, rekreasi dan popularitas, namun ada juga yang menjadikannya momentum perjudian terbuka.

Lantaran hobi pacuan kuda inilah, sejak dahulu orang Sumba sendiri sudah tertarik untuk memperbaiki performance dan mutu kuda asli Sumba, untuk meningkatkan ukuran postur tubuhnya, kecepatan dan daya tahannya. Ini sudah dimulai sejak abad ke-18, ketika itu para saudagar bangsa Arab mendatangkan jenis kuda dari negara asalnya. Sehingga terjadilah persilangan (grading up) antara kuda Sumba dengan kuda Arab. Wajar juga jika ada yang berasumsi bahwa kuda sandelwood memiliki moyang kuda Arab.

Masih dalam konteks perbaikan performance dan mutu kuda Sumba, dalam beberapa dekade terakhir ini, pemerintah mengimpor bibit-bibit kuda ras Amerika dan Australia, diantaranya kuda Cross dan Thoroughbred.  Sehingga terjadi pula persilangan (grading up) antara kuda asli Sumba dengan kuda Amerika dan Australia.

Ketiga, sarana berburu dan perang. Orang Sumba dikenal juga suka berburu rusa dan babi hutan, serta gemar perang tanding. Disinilah kuda difungsikan untuk mengejar rusa dan babi hutan, serta menghalau musuh dalam medang perang tanding. Sekarang ini memang sudah jarang terdengar.

Keempat, sarana adat-istiadat. Dalam tradisi perkawinan masyarakat Sumba, kuda menjadi salah satu bagian penting dari perangkat belis (mahar) yang diberikan oleh pihak orangtua laki-laki kepada pihak orangtua perempuan. Dalam adat-istiadat kematian, kuda juga berfungsi sebagai "barang bawaan (buah tangan)". Tradisi ini semacam kewajiban (tapi masih minimalis) yang dibawa oleh pihak anak perempuan yang sudah berkeluarga (kawin) kepada pihak orangtuanya ketika ada duka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun