Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Urgensi Regenerasi Petani

21 Desember 2017   00:14 Diperbarui: 21 Desember 2017   18:24 1641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: http://thefarmingnews.com

SEBAGAIMANA kita ketahui bersama bahwa Desember bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia diperingati sebagai Bulan Menanam Nasional (BMN). Dalam momentum peringatan BMN  tahun ini, sangat urgen untuk merefleksikan bagaimana membangkitkan semangat orang muda kita supaya mau bertani dan bangga menjadi petani.

Sebab mengingat orang muda kita sekarang ini, sudah enggan bertani dan melakukan eksodus seperti air mengalir, meninggalkan daerah pedesaan menuju kota-kota besar, untuk mengadu nasib mencari rejeki pada sektor non pertanian. Disamping itu, para sarjana pertanian juga jarang sekali yang kembali ke desa untuk mempraktekkan ilmu pengetahuannya secara langsung sebagai petani. Artinya, sektor pertanian pedesaan sekarang ini, hanya digeluti oleh orang-orang tua dan para pensiunan.

Data BPS, menunjukkan bahwa dalam kurun 10 tahun (2003-2013), jumlah rumah tangga petani di Indonesia berkurang sebanyak 5 juta.  Data sensus pertanian juga menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010-2014, jumlah petani di Indonesia terus menyusut, tercatat sekitar tiga juta tenaga kerja yang rela keluar dari sektor pertanian.  Data-data ini memberikan gambaran yang jelas bagaimana sektor pertanian ditinggalkan secara tajam oleh para petani, yang dapat dipastikan adalah para orang muda.

Hal tersebut adalah fakta empiris dan merupakan permasalahan besar yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita saat ini. Dapat dibayangkan jika orang-orang tua dan para pensiunan tersebut tidak mampu lagi bekerja di sektor pertanian, darimanakah masyarakat, bangsa dan negara kita dapat memenuhi kebutuhan pangannya? Bukankah ini akan membawa bencana yang membahayakan bagi kelangsungan hidup kita bersama?

Realitas Empiris

Realitas empiris keadaan sekarang ini saja, bangsa dan negara kita belum mampu berswadaya atau berdaulat dalam hal pangan. Kita masih terus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, seperti beras, jagung dan kedelai. Demikian juga dalam hal buah-buahan, seperti apel dari Australia dan pepaya dari bangkok masih beredar bebas di pasaran dalam negeri kita. Mudah-mudahan juga sudah mulai berkurang impor daging, cabe, tomat dan sayur-sayuran dari negara-negara tetangga kita.

Sangat dikhawatirkan jika para orang tua dan pensiunan tadi, karena pengaruh usia, mereka harus pensiun juga dari bertani. Maka Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, akan menjadi pasar utama komoditi pangan dari negara luar. Mau tidak mau, impor komoditi pangan akan makin meningkat tajam. Tentu ini suatu ironi yang memalukan bagi Indonesia, sebagai salah satu negara agraris terpenting di dunia.

Dampak dari keadaan itu nantinya sangat jelas, kita semua akan menjerit-jerit karena kekurangan pasokan sumber bahan pangan dan harga bahan pangan yang melambung. Sekarang ini saja ketika harga cabe, tomat, sayur-sayuran, telur dan daging yang hanya naik seribuan rupiah saja perkilo gram, masyarakat kita terutama di perkotaan sudah menjerit seakan-akan ada malapetaka.

 Regenerasi Petani

Permasalahan dan juga kekhawatiran di atas, tidak boleh dianggap sepeleh. Dari sekarang ini kita perlu melakukan upaya-upaya untuk mengantisipasinya. Salah satu upaya yang perlu kita pertimbangkan secara bersama adalah pentingnya regenerasi petani. Artinya, orang-orang muda, termasuk para sarjana pertanian, harus didorong supaya tumbuh semangatnya untuk mencintai dunia pertanian, melakukan usaha tani dan kemudian bangga menjadi petani.

Regenerasi petani adalah tugas dan tanggung jawab moral kita bersama. Namun perlu kita sadari bahwa yang mempunyai "kekuatan" untuk dapat mewujudkannya adalah pemerintah bersama seluruh stake-holders-nya sampai kepada para penyuluh pertanian yang ada di pedesaan.

Untuk mewujudkan regenerasi petani, tidak cukup jika sekadar ide dan semboyan saja. Tapi diperlukan terobosan nyata melalui kebijakan holistik dari pemerintah. Misalnya, para penyuluh pertanian perlu ditingkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya serta diperhatikan kesejahteraannya, supaya mereka mempunyai kompetensi dan bergairah untuk melakukan pembinaan kepada orang-orang muda di pedesaan dalam rangka menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri untuk bertani.

Sebagai negara agraris, pemerintah juga perlu mengevaluasi dan membenahi pendidikan pertanian baik pada tingkat SMK maupun perguruan tinggi. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan untuk mendorong kurikulum sistem pendidikan nasional supaya memasukkan dan memperkenalkan sektor pertanian mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Supaya sejak dini orang-orang muda kita menyadari bahwa keberlangsungan hidupnya sangat tergantung dari sektor pertanian.

Disamping itu, pemerintah juga perlu mendesain berbagai program dan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan di sektor pertanian yang mengarusutamakan para orang muda atau petani muda, seperti diklat atau bimtek, magang, studi banding dan promosi yang terkait dengan sektor pertanian.

Pemerintah juga perlu melakukan kerjasama multipihak, misalnya dengan lembaga swasta dan lembaga keuangan, yang memungkinkan para orang muda, terutama para sarjana pertanian, untuk bertani, menggerakkan usaha tani dan usaha-usaha pengelolaan hasil-hasil usaha tani. Dengan demikian kita mengharapkan para sarjana pertanian dan sarjana bidang ilmu lainnya dapat terpikat untuk kembali ke pedesaan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya.

Dengan sedikit gambaran tentang kebijakan holistik yang perlu dilakukan oleh pemerintah di atas dalam rangka regenerasi petani, maka kita bisa optimis bahwa orang-orang muda akan bersemangat, tertarik, berniat  dan mencintai sektor pertanian. Mereka akan bergairah melakukan usaha tani dan pada gilirannya bangga menjadi petani.

Dan menjadi petani memang harus bangga. Karena hanya petanilah yang dapat menyiapkan, menghasilkan dan memberi makan kepada masyarakat dunia. ***

Penulis adalah Pemerhati Sosial Politik tinggal di Sumba Barat Daya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun