Mohon tunggu...
Rofinus Emi Lejap
Rofinus Emi Lejap Mohon Tunggu... Administrasi - Penyakit dan kemiskinan tidak mampu memenjarakan imajinai dan gelora pengembangan dalam batinku. Waktu terus bergerak maju dan tidak pernah akan kembali dan selalu menampilkan pemandangan baru.

Semua orang diciptakan baik adanya tetapi hati berbeda karena hatinurani.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Virus Corona "Pembaharu" Semua Ciptaan

14 April 2020   22:41 Diperbarui: 15 April 2020   19:10 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pandemi virus Corona, Covid-19 mengguncang peradaban, dan nilai serta rasa kemanusiaan berada di simpang sejuta tanda tanya. Bentuknya seperti apakah corona itu? 

Apakah padat, cair, gas, atau sejenis hama nakal yang merasa tidak nyaman dengan kehidupan? Pemunculannya telah menyeret manusia ke dalam permainannya yang misterius tetapi nyata akibat yang ditimbulkannya. Conon ada banyak tipe corona, tetapi covid-19 yang 'lebih kejam.'

Tindakan-tindakan yang sudah lazim dilakukan sebagai makhluk sosial beradab, seperti makan, berpapasan, bersapaan, bersalaman, dan sebagainya, serba diatur serta dibatasi. 

Dia memang mahluk gaib yang tiada tetapi ada, membuat manusia waspada satu sama lain, menjaga jarak, mencurigai, serta menuduh sebagai penyebar virus mematikan itu.

Secara wajar sesuai naluri akal sehat, semua orang ingin hidup lebih lama atau takut mati. Kalau seseorang dilahirkan hanya untuk mati, maka sia-sialah semua perjuangan ibu-bapaknya sejak si manusia dalam kandungan. 

Sia-sialah kerja para medis; dokter, bidan, perawat, analis, apoteker, atau mungkin dukun, tukang pijat atau urut demi penyelamatan hidup seseorang. Virus yang nihil tapi akibatnya ada merusak tatanan logika dan segala usaha manusia.

Langkah-langkah yang sudah ditempuh beberapa pemimpin negara untuk membatasi mobilitas manusia serta barang dari atau ke suatu tempat, hanyalah tindakan pencegahan 'makhluk gaib' itu menyebar lebih luas. Tetapi itupun hanya berdasarkan perkiraan atau dugaan saja berdasarkan analisa  akal sehat manusia. Sehingga penanganan terhadap virus itu pun merupakan unsur rekaan bukan kepastian atau dalil yang memiliki kepastian hukum empiris.

"Makhluk virus" itu sungguh misterius pembawa mala petaka bagi dunia, jadi bukan untuk manusia saja.  Mulai dari Dusun, Kampung, Desa, Rt, Rw, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Privinsi, dan Negara mengunci diri terhadap dunia luar. Semua dihimbau diam di tempat, gerak keluar rumah tetap harus menutup diri terhadap kontak dengan orang lain. 

Atau negatinya harus mencurigai diri sebab berpotensi menyebarkan virus atau mencurigai orang lain sebagai pembawa virus. Situasi ini sungguh menyiksa bagi mereka yang biasa beraktivitas di luar rumah.

Anak-anak sekolah mulai Play Group (PG), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA/K) atau Sekolah Menengah Kejuruan, serta Perguruan Tinggi (PT) semua menahan diri serta 'terkunci.' 

Ibu-ibu rumah tangga terpaksa menahan diri terhadap masakan dan hidangan favorit, semua anggota keluarga terpaksa menyesuaikan diri dan terpaksa mengkomsumsi makanan yang mungkin terasa asing bagi lidah. Semua terpaksa menjadi baru karena si dia, virus korona.

Tetapi dibalik semua yang negatif itu terbit harapan baru dalam musibah. Sistem pendidikan menjadi personal dan onlinre, pengajaran dan buku referensi atau sumber bacaan menjadi online, koreksi atau pemerikasaan ulangan dan tugas secara online. Pekerjaan kantor yang mengandalkan pemikiran, desain atau perencanaan ditangani secara online. 

Hanya jasa angkutan  yang terkadang hilir mudik menghantarkan pesanan untuk konsumen. Dan usaha konveksi juga tetap bekerja demi kelangsungan hidup pekerja dengan omset yang terus menurun dan nyaris kolaps. 

Gaung suara azan dari Masjid dan Musola berkurang, gereja-gereja dan vihara melakukan ibadat secara live streaming,  para pemimpin ibadat terpaksa berkhotbah kepada ruangan dan tembok-tembok kosong dan bisu,  karena umat tersebar sangat  luas tak berbatas. Dalam situasi  itu tetap ada harapan plus-minus bagi manusia dan semua ciptaan?  

Kualitas udara menjadi semakin bersih karena polusi udara jauh berkurang, langit sangat biru menampakkan keasliaanya, hujan yang turun menjadi lebih bening, hawa kota menjadi lebih sejuk dan jernih, burung-burung beterbangan dengan meliuk-liuk puas, manusia bertetangga yang biasanya super sibuk biarpun sekedar menyapa mendapat ruang untuk saling menyapa melalui udara, para guru dan para murid tetap mengajar meski dari kamar tidur, bapak, ibu serta anak ada waktu untuk bersama, orang tua dapat belajar bersama anak, para pembantu dapat beristirahat karena majikan terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, bahan bakar mendapat penghematan pemakaian, para pelaku bisnis memunculkan inovasi-inovasi kreatif.

Tentang virus corona sendiri selalu ada duka dan juga ada sukanya. Semua tenaga medis bahu membahu melayani pengobatan pasien, ada yang meninggal tetapi banyak juga yang sembuh. Rasa solidaritas berkembang, sekat suku, budaya, bahasa, dan agama sedikit menipis terbungkus kemanusiaan dan rasa senasib. 

Covid-19 akhirnya menjadi rahmat yang memanusiakan manusia, dan menghormati semua ciptaan yang lain. Vuirus corona tidak murni mala petaka, karena tetap ada sisi positif yang layak disyukuri. 

Kita semua bersaudara biarpun kulitku hitam dan dia putih kekuning-kuningan, kamu menyembah pencipta dengan nyanyian sedang saya cukup diam termenung tetapi Dia tetap satu. Corona virus membuka mata batin kita untuk mengakui bahwa semua manusia bersadara. 

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun