Mohon tunggu...
Rofinus Emi Lejap
Rofinus Emi Lejap Mohon Tunggu... Administrasi - Penyakit dan kemiskinan tidak mampu memenjarakan imajinai dan gelora pengembangan dalam batinku. Waktu terus bergerak maju dan tidak pernah akan kembali dan selalu menampilkan pemandangan baru.

Semua orang diciptakan baik adanya tetapi hati berbeda karena hatinurani.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UKG, PROYEK & PROBLEM

7 Agustus 2012   03:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:09 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Rofinus Emi Lejap

UKG Sebuah Proyek Nasional

UKG atau Uji Kompetensi Guru yang dilaksanakan, mengindikasikan bahwa pemerintah semakin memperhatikan kualitas para guru,  sebagai ujung tombak kualitas wajah pendidikan nasional. Itu suatu langkah positif dan patut diapresiasi secara positif pula. Pemerintah tentu tidak saja percaya pada hasil lulusan yang semakin membaik dari tahun ke tahun, tetapi juga mau mengetahui secara real seluruh proses yang menggerakan roda pendidikan. Dan kuncinya tentu ada pada para guru dengan seluruh potensi yang dimiliki oleh para pendidik tersebut.

Pelaksanaan UKG yang terkesan terburu-buru tanpa sosialisasi secara memadai, dapat juga menandakan bahwa pihak penyelenggara sedang menjalankan 'proyek' tertentu. UKG memang pantas menjadi sebuah proyek nasional di bidang pendidikan, tetapi sepatutnya tetap menganut juga dalil obyektivitas yang dimiliki oleh setiap guru sebagai subyek yang sangat hetergogen.

Suatu proyek yang sudah direncanakan dan dianggarkan sepatutnya juga diikuti dengan persiapan yang memadai sebelum mengeluarkan Surat Perintah Pelaksanaan (SPP). Agar UKG tidak menuai berbagai kegagalan dan protes serta pemboikotan di kalangan peserta, yang nota bene sewajarya menjadi subyek dari UKG, tetapi yang hanya menempatkan diri sebagai obyek UKG. UKG pun akhirnya  diikuti dengan  separuh atau bahkan seperlima hati, karena merasa atau berprasangka bahwa, 'toh UKG hanya sebuah proyek dari penguasa'. Sangat disayangkan suatu tujuan penting nasional demi kepentingan generasi sebuah bangsa dilaksanakan terburu-buru sambil menuai protes dan kegagalan.

Problem UKG

UKG yang dilaksanakan secara online dan nasional serta terburu-buru tentu saja menuai berbagai kegagalan. Mungkin kegagalan itu  didasari  kekurangan, antara lain sosialisasi dan peserta UKG.

Problem  Sosialisasi; suatu cita-cita luhur sebaiknya dirancang secara matang. Para guru yang akan diuji sewajarnya disiapkan dengan informasi tentang tujuan UKG, sehingga UKG tidak ditanggapi secara negatif. Ada sebagian atau mungkin banyak guru yang mengetahui UKG hanya dari temannya,  karena belum semua pelosok Nusantara bisa online alias terkoneksi ke internet.

Problem Peserta; problempeserta UKG menyangkut usia, tahun kelulusan,  dan medan tempat tugas. Guru tamatan awal Orde Baru yang sudah berusia di atas lima puluh tahun, tentu tidak begitu saja disamakan dengan sarjana pembuat soal yang masih sangat fresh dengan dengan segala materi teoritis. Para guru angkatan tua, mungkin lemah secara teori tetapi satu fakta yang sulit dibantah adalah mereka sangat kaya dalam pengalaman. Kompetensi kognitif dan psikomotorik harus minimal seimbang,  tetapi para guru yang sudah berkarya puluhan tahun tidak lagi mengajar berdasarkan teori tertentu dari buku, melainkan sudah berdasarkan teori pribadi, yang  secara empiris sudah digeluti dan dibuktikan selama bertahun-tahun.

Medan tugas di daerah pelosok yang terpencil juga menjadi problem. Informasi dari media massa sangat kurang biarpun kita semua berada dalam zaman yang sama, yaitu teknologi informatika. Misalnya buku pendidikan yang diterbitkan dan mengalami cetak ulang sampai tiga kali atau lebih, sementara di daerah tertentu, para guru tidak pernah menerimanya. Itu tentu tidak bisa dibandingkan dengan teknologi online yang super cepat, tetapi itupun belum menjangkau sampai ke daerah terpencil.

Jadi hasil UKG yang rendah jangan serta merta para guru dijadikan obyek kekesalan secara menyeluruh, seakan-akan hasil itu sudah merupakan final dan wajah suram pendidikan nasional. Bila kualitas guru serendah itu, lalu apa artinya prosentasi lulusan yang meningkat secara nasional? Apakah itu kelulusan murni ataukah hanya hasil rekayasa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun