Anak merupakan individu yang unik dan memiliki berbagai macam potensi serta kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Sebagai pendidik perlu mengetahui hal ini sehingga dapat menyesuaikan diri ketika proses pembelajaran berlangsung.Â
Proses pembelajaran dalam sebuah pendidikan harus menerapkan pendekatan atau metode dalam penyampaian materi pada peserta didik. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat menerima dan menyerap pesan pendidikan dengan baik.Â
Pendekatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna proses, pembuatan, atau cara untuk mendekati suatu aktivitas tertentu.Â
Menurut Otib Satibi H (4.4, 2014) pendekatan memiliki kriteria dan tidak bersifat asal-asalan. Bisa jadi suatu pendekatan cocok digunakan untuk beberapa orang tertentu, tetapi belum tentu sesuai untuk kalangan yang lainnya.Â
Oleh karena itu, diperlukan keterampilan dalam menggunakan pendekatan yang sesuai dengan pola berpikir anak, usia, dan kebutuhan anak.Â
Berbicara tentang pendekatan, Developmentaly Appropriate Practice atau yang disebut DAP merupakan sebuah kerangka kerja atau pendekatan yang digunakan ketika berhubungan langsung dengan anak.Â
Sue Bredekamp adalah pencetus DAP ini, Ia menuturkan DAP bukanlah sebuah kurikulum, bukan pula ketentuan yang kaku pada berlangsungnya proses pembelajaran.Â
DAP memiliki tujuan dalam memusatkan perhatian kita pada segala sesuatu yang kita ketahui tentang anak serta apa yang bisa kita pelajari tentang anak dan keluarga sebagai dasar pengambilan keputusan.Â
DAP dalam bahasa Indonesia memiliki arti "Pendidikan yang patut dan menyenangkan". Maka dalam DAP terdapat tiga bidang pengetahuan yang menjadi komponen penting dalam membuat keputusan yang baik bagi anak-anak. Apa sajakah?
- Patut/ kesesuaian menurut umur: artinya disesuaikan dengan umur atau tahap perkembangan anak. Perkembangan anak mengikuti pola yang berurutan dan saling berkaitan pada seluruh aspek (misal kognitif, sosial emosional). Mengetahui dan memahami informasi tentang perkembangan anak sangat penting untuk merencanakan maupun mengidentifikasi kegiatan, lingkungan, pengalaman, dan strategi guna mendorong pertumbuhan dan pembelajaran yang baik bagi anak.Â
- Patut/ kesesuaian menurut lingkungan sosial dan budaya: disesuaikan dengan pengalaman belajar yang memiliki makna serta sesuai dengan kondisi sosial budaya. Perlu untuk mengtahui latar belakang budaya dan keluarga setiap anak yang meliputi, bahasa, gaya hidup, dan kepercayaan yang berbeda-beda. Sebagai guru harus mempertimbangkan hal tersebut sebab akan berguna untuk menunjang perkembangan dan program pembelajaran anak secara keseluruhan.Â
- Patut/ kesesuaian secara individu: disesuaikan dengan pertumbuhan serta karakteristik anak, baik kelebihannya, keterkaitannya, dan pengalamannya. Setiap anak adalah individu yang berkembang dengan caranya sendiri. Perlu dalam mengetahui kekuatan, kemampuan, kebutuhan, tantangan, minat, temperamen, dan pendekatan setiap anak untuk proses belajarnya. Guru juga perlu mengetahui keterampilan, ide, dan hal yang membuat senang setiap anak. Ini dapat diketahui dari percakapan, observasi, penilaian, atau dokumentasi dan informasi dari orang tua/ keluarga.Â
DAP ini memiliki fokus pada 5 bidang utama dalam praktik pembelajaran, antara lain:Â
- Menciptakan komunitas pembelajar yang peduli
Ini bertujuan dalam membangun hubungan positif antara anak, staf/ guru, dan keluarga, baik dalam kelompok maupun dalam program. Hal tersebut menunjang terciptanya komunitas yang mendukung anak dalam perkembangan dan pembelajaran yang sesuai dengan kapasitasnya pada semua bidang. - Mengajar untuk meningkatkan perkembangan dan pembelajaran
Berikan keseimbangan antara aktivitas yang diarahkan guru dan anak sebagai partisipannya. Kemudian rencanakan kegiatan yang menjadi pengalaman bagi anak dengan memenuhi kebutuhan, minat, dan tujuan pembelajaran. - Merencanakan kurikulum untuk mencapai tujuan penting
Kembangkan kurikulum tertulis yang memberi gambaran perkembangan dan tujuan pembelajaran awal dan sesuai untuk anak-anak serta mendukung proses pembelajarannya. - Menilai perkembangan dan pembelajaran anak
Kaitkan penilaian dengan kurikulum dan standar pembelajaran awal. Gunakan pula metode penilaian yang otentik dalam mengukur kemampuan perkembangan anak. - Membina hubungan timbal balik dengan keluarga
Bekerjasama dengan keluarga untuk memahami setiap anak. Ini berguna untuk membangun hubungan yang mendukung dengan semua keluarga.Â
Referensi:Â
Hidayat, Otib. S. 2014. Metode Pengembangan Moral & Nilai-nilai Agama. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H